Legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso
Maret 22, 2017
Add Comment
Legenda mengenai Roro Jonggrang dan Bondowoso memiliki banyak versi. Legenda Roro Jonggrang memiliki kaitan erat dengan Candi Prambanan. Pada zaman dahulu, terdapat dua keraaan Hindu di Jawa yang terletak di sekitar daerah Prambanan. Kerajaan tersebut bernama Kerajaan Pengging dan Kerajaan Boko. Kerajaan Pengging memiliki tanah yang subur dan makmur yang dipimpin seorang raja yang arif bijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan seorang puteranya bernama Bandung Bondowoso. Sedangkan Kerajaan Boko merupakan wilayah bawahan dari Kerajaan Pengging yang diperintah seorang raja yang kejam dan berwujud raksasa yang suka memakan daging manusia bernama Prabu Boko.
Meskipun berwujud raksasa, Prabu Boko memiliki seorang putri yang sangat cantik layaknya bidadari bernama Putri Roro Jonggrang yang memiliki kecantikan bagai seorang dewi kayangan. Kerajaan Boko memiliki seorang patih yang sakti mandraguna bernama Patih Gupolo. Suatu saat Prabu Boko dan Patih Gupolo merencanakan melakukan pemberontakan kepada Kerajaan Pengging. Dibuatlah rencana yag matang dengan mengumpulkan perbekalan dari hasil memeras rakyatnya serta melatih para pemuda yang ada di Kerajaan Boko untuk menjadi prajurit pemberontak.
Setelah semua siap, tiba saat dimana Prabu Boko, Patih Gupolo beserta prajuritnya berangkat ke Keraaan Pengging untuk berperang. Terjadilah peperangan yang dahsyat antar kedua kerajaan dan banyak korban berjatuhan. Pada akhirnya prajurit Kerajaan Pengging mulai melemah dan hampir kalah.
Melihat prajurit dan rakyatnya yang hampir kalah, Prabu Damar Moyo raja Kerajaan Pengging mengutus anaknya yakni Bandung Bondowoso untuk turun ke medan pertempuran melawan Prabu Boko. Terjadilah peperangan sengit antar keduanya. Pada akhirnya, Prabu Boko kalah dan tewas di tangan Bandung Bondowoso. Melihat Prabu Boko tewas, Patih Gupolo mundur ke kerajaannya dan melaporkan kematian Prabu Boko kepada puteri Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang sangat sedih mendengar berita kematian ayahnya. Bandung Bondowoso yang mengejar Patih Gupolo akhirnya sampai di Kerajaan Boko. Disana, Bandung Bondowoso bertemu dengan Roro Jonggrang puteri dari Prabu Boko. Alih – alih mencari Patih Gupolo, Bandung Bondowoso akhirnya tertarik pada sang putri Roro Jonggrang dan berniat melamarnya untuk dijadikan istri. Roro Jonggrang menolak karena Roro Jonggrang telah mengetahui bahwa pemuda tersebut adalah seorang yang telah membunuh ayahnya. Bandung Bondowoso tetap memaksa untuk meminangnya. Akhirnya Roro Jonggrang mau diperistri namun dengan memberikan persyaratan.
Selanjutnya Roro Jonggrang membuat siasat untuk melakukan balas dendam kepada Bandung Bondowoso dengan memberikan dua syarat. Sang putri Roro Jonggrang meminta dua hal kepada Bandung Bondowoso. Pertama, ia meminta dibuatkan sebuah sumur yang dalam. Bandung Bondowoso menerima persyaratan tersebut dan dengan seketika ia membuat sebuah sumur yang dalam yang kemudian sumur ini bernama Sumur Jalatunda. Setelah sumur ini jadi, Bandung Bonodowoso memanggil Roro Jonggrang untuk melihat sumur yang telah ia buat. Putri Roro Jonggrang meminta Bandung Bondowoso untuk mengecek kedalaman sumur tersebut dengan memasuki sumur tersebut. Setelah Bondowoso masuk ke dalam sumur, Roro Jonggrang dan Patih Gupolo menimbun sumur menggunakan batu supaya Bondowoso mati. Namun, dengan kesaktian Bandung Bondowoso, ia mampu meloloskan diri dengan bersemedi di dalam sumur.
Bandung Bondowoso selamat dari maut dan langsung menuju ke Istana Boko dengan amarah yang meledak - ledak. Bandung Bondowoso sangat marah kepada Roro Jonggrang karena Roro Jonggrang berusaha membunuh dirinya. Dengan bujuk rayu Roro Jonggrang, redalah amarah Bandung Bondowoso. Selanjutnya Roro Jonggrang meminta janji yang kedua kepada Bandung Bondowoso yaitu membuatkan 1000 candi dalam waktu semalam. Roro Jonggrang sudah memperkirakan Bandung Bondowoso akan gagal membuatkan candi tersebut. Namun, Bandung Bondowoso ternyata menyanggupinya.
Bandung Bondowoso meminta bantuan jin dalam pengerjaan candi. Menjelang tengah malam, pembangunan candi sudah hampir selesai dan Roro Jonggrang mulai ketakutan karena waktu masih panjang sedangkan pengerjaan candi sudah hampir rampung. Dibuatlah siasat untuk menghentikan para jin yang membangun candi dengan membakar jerami sehingga pemandangan menjadi lebih terang dan menabuh lumpang padi agar ayam – ayam berkokok menandakan pagi akan segera datang. Mendengar para ayam berkokok dan langit mulai terang, para jin yang membantu pengerjaan candi terebut melarikan diri, sedangkan candi yang dibangun sudah mencapai 999 buah.
Mengetahui usahanya gagal karena ulah Roro Jonggrang, murkalah Bandung Bondowoso dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca melengkapi jumlah 999 candi menjadi 1000 candi. Arca Roro Jonggrang tersebut kini tersimpan di Candi Prambanan. Sedangkan para gadis yang membantu membakar jerami dan memukul lesung dikutuk menjadi perawan tua. Menurut kepercayaan orang dahulu, pasangan yang pergi ke Candi Prambanan akan putus cintanya berdasarkan cerita Roro Jonggrang ini.
Meskipun berwujud raksasa, Prabu Boko memiliki seorang putri yang sangat cantik layaknya bidadari bernama Putri Roro Jonggrang yang memiliki kecantikan bagai seorang dewi kayangan. Kerajaan Boko memiliki seorang patih yang sakti mandraguna bernama Patih Gupolo. Suatu saat Prabu Boko dan Patih Gupolo merencanakan melakukan pemberontakan kepada Kerajaan Pengging. Dibuatlah rencana yag matang dengan mengumpulkan perbekalan dari hasil memeras rakyatnya serta melatih para pemuda yang ada di Kerajaan Boko untuk menjadi prajurit pemberontak.
Setelah semua siap, tiba saat dimana Prabu Boko, Patih Gupolo beserta prajuritnya berangkat ke Keraaan Pengging untuk berperang. Terjadilah peperangan yang dahsyat antar kedua kerajaan dan banyak korban berjatuhan. Pada akhirnya prajurit Kerajaan Pengging mulai melemah dan hampir kalah.
Melihat prajurit dan rakyatnya yang hampir kalah, Prabu Damar Moyo raja Kerajaan Pengging mengutus anaknya yakni Bandung Bondowoso untuk turun ke medan pertempuran melawan Prabu Boko. Terjadilah peperangan sengit antar keduanya. Pada akhirnya, Prabu Boko kalah dan tewas di tangan Bandung Bondowoso. Melihat Prabu Boko tewas, Patih Gupolo mundur ke kerajaannya dan melaporkan kematian Prabu Boko kepada puteri Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang sangat sedih mendengar berita kematian ayahnya. Bandung Bondowoso yang mengejar Patih Gupolo akhirnya sampai di Kerajaan Boko. Disana, Bandung Bondowoso bertemu dengan Roro Jonggrang puteri dari Prabu Boko. Alih – alih mencari Patih Gupolo, Bandung Bondowoso akhirnya tertarik pada sang putri Roro Jonggrang dan berniat melamarnya untuk dijadikan istri. Roro Jonggrang menolak karena Roro Jonggrang telah mengetahui bahwa pemuda tersebut adalah seorang yang telah membunuh ayahnya. Bandung Bondowoso tetap memaksa untuk meminangnya. Akhirnya Roro Jonggrang mau diperistri namun dengan memberikan persyaratan.
Selanjutnya Roro Jonggrang membuat siasat untuk melakukan balas dendam kepada Bandung Bondowoso dengan memberikan dua syarat. Sang putri Roro Jonggrang meminta dua hal kepada Bandung Bondowoso. Pertama, ia meminta dibuatkan sebuah sumur yang dalam. Bandung Bondowoso menerima persyaratan tersebut dan dengan seketika ia membuat sebuah sumur yang dalam yang kemudian sumur ini bernama Sumur Jalatunda. Setelah sumur ini jadi, Bandung Bonodowoso memanggil Roro Jonggrang untuk melihat sumur yang telah ia buat. Putri Roro Jonggrang meminta Bandung Bondowoso untuk mengecek kedalaman sumur tersebut dengan memasuki sumur tersebut. Setelah Bondowoso masuk ke dalam sumur, Roro Jonggrang dan Patih Gupolo menimbun sumur menggunakan batu supaya Bondowoso mati. Namun, dengan kesaktian Bandung Bondowoso, ia mampu meloloskan diri dengan bersemedi di dalam sumur.
Bandung Bondowoso selamat dari maut dan langsung menuju ke Istana Boko dengan amarah yang meledak - ledak. Bandung Bondowoso sangat marah kepada Roro Jonggrang karena Roro Jonggrang berusaha membunuh dirinya. Dengan bujuk rayu Roro Jonggrang, redalah amarah Bandung Bondowoso. Selanjutnya Roro Jonggrang meminta janji yang kedua kepada Bandung Bondowoso yaitu membuatkan 1000 candi dalam waktu semalam. Roro Jonggrang sudah memperkirakan Bandung Bondowoso akan gagal membuatkan candi tersebut. Namun, Bandung Bondowoso ternyata menyanggupinya.
Bandung Bondowoso meminta bantuan jin dalam pengerjaan candi. Menjelang tengah malam, pembangunan candi sudah hampir selesai dan Roro Jonggrang mulai ketakutan karena waktu masih panjang sedangkan pengerjaan candi sudah hampir rampung. Dibuatlah siasat untuk menghentikan para jin yang membangun candi dengan membakar jerami sehingga pemandangan menjadi lebih terang dan menabuh lumpang padi agar ayam – ayam berkokok menandakan pagi akan segera datang. Mendengar para ayam berkokok dan langit mulai terang, para jin yang membantu pengerjaan candi terebut melarikan diri, sedangkan candi yang dibangun sudah mencapai 999 buah.
Mengetahui usahanya gagal karena ulah Roro Jonggrang, murkalah Bandung Bondowoso dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca melengkapi jumlah 999 candi menjadi 1000 candi. Arca Roro Jonggrang tersebut kini tersimpan di Candi Prambanan. Sedangkan para gadis yang membantu membakar jerami dan memukul lesung dikutuk menjadi perawan tua. Menurut kepercayaan orang dahulu, pasangan yang pergi ke Candi Prambanan akan putus cintanya berdasarkan cerita Roro Jonggrang ini.
0 Response to "Legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso"
Posting Komentar