Candi
Juni 03, 2017
Add Comment
Ilmusosial.info - Istilah candi mengacu pada bangunan kuno peninggalan pada masa Hindu dan Buddha. Kata “candi” berasal dari kata “candika” salah satu nama dari Dewi Durga, istri dari Dewa Siwa sebagai dewi maut. Hariani Santiko berpendapat dalam bukunya Candi Indonesia, istilah candi hanya dikenal di Indonesia. Di India dan Kamboja penamaan peninggalan masa Hindu dan Buddha masing – masing disebut koil di India dan prasat di Kamboja.
Pada masa penjajahan Inggris terutama pada pemerintahan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, banyak usaha penyelamatan, penelitian dan pemugaran candi. Pada tahun 1913 dibentuk Dinas Purbakala atau Oudheidkundige Dienst sebagai pengganti dari Commissie in Nederlandsh Indie voor oudheidkundig onderzoek op Java en Madoera yang terbentuk pada tahun 1901.
Pembentukan lembaga tersebut memperlihatkan bahwa pemerintah Hindia Belanda menunjukkan perhatian terhadap candi – candi yang banyak berdiri terutama di pulau Jawa. Pemugaran pertama dilakukan di Candi Prambanan pada tahun 1918 sebagai realisasi dan bukti keseriusan pemerintah Hindia Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, kegiatan pemugaran candi masih tetap berlanjut yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Meski terjadi pasang surut APBN ataupun APBD, kegiatan pemugaran tetap berlanjut dan sejumlah candi mulai terlihat lebih lengkap dari sebelumnya.
Terancam Manusia
Persebaran candi terbanyak berada di pulau Jawa terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Sementara di wilayah Jawa Barat dan Banten baru sedikit yang ditemukan. Entah masih tertimbun ataupun ada hal – hal lain. Dari semua candi tersebut bahan dasarnya terbagi menjadi dua yaitu batu andesit dan batu bata. Candi berbahan batu andesit sebagian besar tersebar di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta sedangkan di Jawa Timur sebagian besar berbahan dasar batu bata. Namun hal tersebut tidak mutlak terjadi di kedua wilayah tersebut. Bahkan terdapat candi yang berbahan kapur dan gamping.
Batu – batu candi terancam keberadaannya oleh tangan manusia. Dahulu batu – batu candi dimanfaatkan orang – orang untuk membangun rumah, sebagai pondasi dan pengganjal tiang. Bahkan pada masa penjajahan Belanda tak sedikit batu candi yang diambil untuk dimanfaatkan sebagai pondasi jalan maupun pabrik gula.
Untungnya setelah kemerdekaan batu – batu candi tersebut berhasil dikumpulkan berkat upaya para zoeker (pencari) dan steller (penyetel) yang berhasil melengkapi candi – candi di sekitar Prambanan. Bukan hanya batu candi, bagian lain seperti relief, arca, stupa dan bagian lain dari candi juga banyak yang dicuri oleh para penjarah barang antik untuk dijual ke penadah.
Pada masa penjajahan Inggris terutama pada pemerintahan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, banyak usaha penyelamatan, penelitian dan pemugaran candi. Pada tahun 1913 dibentuk Dinas Purbakala atau Oudheidkundige Dienst sebagai pengganti dari Commissie in Nederlandsh Indie voor oudheidkundig onderzoek op Java en Madoera yang terbentuk pada tahun 1901.
Pembentukan lembaga tersebut memperlihatkan bahwa pemerintah Hindia Belanda menunjukkan perhatian terhadap candi – candi yang banyak berdiri terutama di pulau Jawa. Pemugaran pertama dilakukan di Candi Prambanan pada tahun 1918 sebagai realisasi dan bukti keseriusan pemerintah Hindia Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, kegiatan pemugaran candi masih tetap berlanjut yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Meski terjadi pasang surut APBN ataupun APBD, kegiatan pemugaran tetap berlanjut dan sejumlah candi mulai terlihat lebih lengkap dari sebelumnya.
Terancam Manusia
Persebaran candi terbanyak berada di pulau Jawa terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Sementara di wilayah Jawa Barat dan Banten baru sedikit yang ditemukan. Entah masih tertimbun ataupun ada hal – hal lain. Dari semua candi tersebut bahan dasarnya terbagi menjadi dua yaitu batu andesit dan batu bata. Candi berbahan batu andesit sebagian besar tersebar di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta sedangkan di Jawa Timur sebagian besar berbahan dasar batu bata. Namun hal tersebut tidak mutlak terjadi di kedua wilayah tersebut. Bahkan terdapat candi yang berbahan kapur dan gamping.
Batu – batu candi terancam keberadaannya oleh tangan manusia. Dahulu batu – batu candi dimanfaatkan orang – orang untuk membangun rumah, sebagai pondasi dan pengganjal tiang. Bahkan pada masa penjajahan Belanda tak sedikit batu candi yang diambil untuk dimanfaatkan sebagai pondasi jalan maupun pabrik gula.
Untungnya setelah kemerdekaan batu – batu candi tersebut berhasil dikumpulkan berkat upaya para zoeker (pencari) dan steller (penyetel) yang berhasil melengkapi candi – candi di sekitar Prambanan. Bukan hanya batu candi, bagian lain seperti relief, arca, stupa dan bagian lain dari candi juga banyak yang dicuri oleh para penjarah barang antik untuk dijual ke penadah.
0 Response to "Candi"
Posting Komentar