Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia (1596 - 1942) Terlengkap
September 20, 2018
Add Comment
Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia (1596 - 1942) Terlengkap, Halo sahabat Ilmusosial.info - Belanda dianggap menjajah Indonesia selama 3,5. Banyak hal mempercayai hal tersebut tapi ada sebagian orang yang menyangkal lamanya penjajahan tersebut. Ucapan Bung Karno "Indonesia Itu dijajah selama 350 tahun" semata-mata hanya untuk menaikkan semangat para patriotisme rakyat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan. Sedangkan ucapan "Lebih menderita dijajah Jepang selama 3,5 tahun daripada dijajah Belanda 3,5 abad" seolah-olah menjadi pembenaran ucapan Bung Karno tersebut.
Awal Kedatangan Belanda ke Indonesia Tahun (1596 - 1601)
Belanda mendarat di Indonesia pertama kali di pelabuhan Banten dengan empat buah kapal yang dipimpin oleh Kapten Pieter Keyzer dan juga Cornelsi de Houtman pada tanggal 23 Juni 1596. Datangnya kapal Cornelis de Houtman dan awak kapalnya semula disambut dengan baik oleh para pribumi Banten. Banyak juga penduduk pribumi yang naik ke kapal tersebut untuk menawarkan makanan ataupun dagangan kepada mereka. Namun, sambutan baik ini disalah artikan oleh Cornelis de Houtman yang justru bertindak kasar kepada pribumi Banten yang menawarkan keramah tamahan kepada mereka. Walau demikian, warga banten masih saja menawarkan lada yang dibutuhkan orang Belanda. Tujuan orang Belanda ke Indonesia semula murni hanya untuk berdagang rempah-rempah, mengambil keuntungan besar dari penjualan rempah - rempah yang sangat di butuhkan di Negara Eropa. Namun seiring perkembangannya tujuan tersebut berubah dari yang semula berdagang dan selanjutnya memonopoli perdagangan hingga menjajah Indonesia.
Datangnya Belanda ke Banten bertepatan dengan rencana penyerangan Banten ke Palembang. Banten meminta Belanda Untuk meminjamkan kapalnya agar dipergunakan sebagai tambahan kapal pengangkut pasukan Banten untuk penyerangan ke Palembang. Akan Tetapi rencana tersebut ditolak oleh Belanda dengan alasan mereka datang ke Banten untuk berdagang dan akan kembali ke Belanda setelah selesai melakukan perdagangan.
Saat Banten selesai melakukan penyerangan ke Palembang, sekembalinya dari Palembang mereka masih mendapati Belanda di tanah Banten. Dengan beralasan, Belanda menunggu panen lada yang tidak lama lagi. Pada saat panen, harga lada akan lebih murah. Hal ini membuat Mangkubumi Jayanegara marah. Yang terparah adalah disuatu malam Belanda membawa dua kapal dari Banten yang penuh dengan lada dan memindahkan ke kapalnya. Karena kepergok melakukan hal itu, Belanda kemudian menembaki kota Banten.
Atas kejadian ini mengakibatkan semua rakyat Banten sangat marah. Beberapa dari tentara Banten menyerbu ke kapal Belanda dan akhirnya menangkap kapten Houtman beserta delapan anak kapalnya. Houtman akan dilepaskan apabila dengan tebusan 45.000 Gulden serta diusir dari tanah Banten pada 2 Oktober 1596. Dua tahun kemudian tepatnya pada 1 Mei 1598, rombongan pedagang dari Belanda berangkat dipimpin oleh Jacob van Neck dibantu van Waerwijk dan van Heemskerck tiba di Banten pada 28 November 1598. Warga Pribumi Banten menerima dengan baik hati karena sikap Belanda ini berbeda dengan pada saat kedatangan Houtman. Nampaknya, pengusiran Houtman dijadikan pelajaran bagi Belanda.
Pembawaan mereka sanggup membuat hati Sultan Banten terpikat, bahkan permohonan mereka untuk bertemu Sultan pun dikabulkan. van neck membawakan sebuah piala berkaki emas sebagai simbol persahabatan dengan Sultan Banten, Sultan Abdul Mafakhir. Mangkubumi Jayanegara lalu membujuk van Neck untuk membantu penyerangan ke Palembang atas pembalasan kematian Sultan Muhammad dengan memberikan janji kedua kapalnya penuh lada. Awalnya van Neck setuju akan tetapi dengan syarat satu kapal diberikan di awal dan yang satu kapalnya diberikan setelah perang sedangkan Mangkubumi menghendaki pembayaran dilakukan sekaligus setelah perang. Akhirnya kesepakatan tidak tercapai dan penyerangan ke Palembang tidak dilanjutkan.
Van Neck membawa pulang tiga kapalnya yang penuh dengan muatan, sementara dua pembantunya van Waerwijk dan van Heemskerck melakukan pelayaran lagi untuk mencapai wilayah Maluku dengan lima buah kapal.
Setelah kedua pelayaran Belanda berhasil, lalu berduyun - duyun orang Belanda berlayar ke Nusantara. yaitu Pada tahun 1598 tercatat sebanyak 22 kapal baik itu milik perorangan maupun perserikatan dagang dari Belanda yang melakukan pelayaran ke Indonesia. Bahkan pada 1602 sebanyak 65 kapal pulang ke Belanda dengan muatan penuh.
Suatu hari pemerintahan Portugis mengirim utusan dari Malaka dengan membawa uang 10.000 rial untuk meminta Banten memutuskan hubungan dengan Belanda dalam perdagangan dan apabila Belanda tetap melakukan perdagangan maka kapal - kapal Belanda akan di rusak serta diusir. Dikabarkan pula, Bahwa Portugis akan melakukan pembersihan kapal - kapal Belanda di Banten dan negeri timur lain. Mangkubumi Jayanegara menyetujui hal itu dan menerima pemberian dari Portugis. Akan tetapi, secara diam-diam Mangkubumi Jayanegara mengirimkan utusan untuk menyampaikan akan datangnya pasukan Portugis yang akan menyergap Belanda. Mendengar apa yang disampaikan utusan Mangkubumi, Lalu kapal Belanda pun meninggalkan wilayah Kota Banten.
Pada Tahun 1598 angkatan laut Portugis sampai di Kota Banten yang dipimpin Laurenco de Brito dari pangkalannya di Goa. Ketika sampainya di Kota Banten, kapal - kapal Belanda sudah tidak ada dan mereka marah. Mangkubumi yang dituduh karena telah bersengkongkol dengan Belanda dituntut untuk mengembalikan hadiah yang Portugis berikan. Akan Tapi Mangkubumi pun tidak mau menuruti karena beliau berpendapat bahwa Portugis tidak berhak melakukan pengusiran kapal- kapal yang berlabuh di Banten.
Pasukan Portugis marah, pelabuhan Banten diserang dan dijarah. Bahkan pedagang Cina pun ikut dirampas dangangannya. Melihat serangan dari Portugis, tentara Banten langsung menyerang balik hingga tiga kapal Portugis dapat direbut dan awak kapalnya melarikan diri meninggalkan kapal dan barang rampasan.
Penjajahan Belanda pada Masa VOC Pada Tahun (1602 - 1799)
Adanya persaingan dagang antar sesama Belanda berimbas pada keuntungan yang semakin sedikit dan tidak jarang merugi. Melihat adanya hal tersebut, Pada 1602 dibentuklah perserikatan dagang Belanda yang Disebut Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) dengan modal awal 6,5 juta gulden yang berkedudukan di Amsterdam. Tujuann dibentuknya organisasi ini adalah untuk meraup laba sebesar - besarnya dan untuk memperkuat kedudukan Belanda di Nusantara untuk melawan kekuasaan Portugis dan Spanyol.
Pembentukan VOC yang baru seumur jagung ini mendapat saingan berat yaitu kongsi dagang Inggris EIC (East Indies Compagnie) yang telah dibentuk pada tahun 1600. Untuk memudahkan ruang gerak VOC, lalu dibangun kantor - kantor cabang seperti di Middelberg, Delft, Rotterdam, Horm dan Enkhuizen. Setelah dianggap sudah mapan, VOC lalu membangun cabang di Nusantara dengan Pieter Both yang menjabat sebagai Gubernur Jendral yang pertama dan dibantu oleh Dewan Penasehat (Raad van Indie) sebanyak 5 anggota.
VOC mengalami kemuduran pada 31 Desember 1799. Kemunduran VOC ini karena beberapa faktor, salah satunya adalah banyaknya korupsi yang ada di dalam tubuh VOC. Pemerintah Belanda kemudian mengambil alih VOC.
Demikian Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia (1596 - 1942) Terlengkap, Semoga bermanfaat
Belanda mendarat di Indonesia pertama kali di pelabuhan Banten dengan empat buah kapal yang dipimpin oleh Kapten Pieter Keyzer dan juga Cornelsi de Houtman pada tanggal 23 Juni 1596. Datangnya kapal Cornelis de Houtman dan awak kapalnya semula disambut dengan baik oleh para pribumi Banten. Banyak juga penduduk pribumi yang naik ke kapal tersebut untuk menawarkan makanan ataupun dagangan kepada mereka. Namun, sambutan baik ini disalah artikan oleh Cornelis de Houtman yang justru bertindak kasar kepada pribumi Banten yang menawarkan keramah tamahan kepada mereka. Walau demikian, warga banten masih saja menawarkan lada yang dibutuhkan orang Belanda. Tujuan orang Belanda ke Indonesia semula murni hanya untuk berdagang rempah-rempah, mengambil keuntungan besar dari penjualan rempah - rempah yang sangat di butuhkan di Negara Eropa. Namun seiring perkembangannya tujuan tersebut berubah dari yang semula berdagang dan selanjutnya memonopoli perdagangan hingga menjajah Indonesia.
Empat Kapal Pimpinan Kapten Keyzer dan Houtman |
Datangnya Belanda ke Banten bertepatan dengan rencana penyerangan Banten ke Palembang. Banten meminta Belanda Untuk meminjamkan kapalnya agar dipergunakan sebagai tambahan kapal pengangkut pasukan Banten untuk penyerangan ke Palembang. Akan Tetapi rencana tersebut ditolak oleh Belanda dengan alasan mereka datang ke Banten untuk berdagang dan akan kembali ke Belanda setelah selesai melakukan perdagangan.
Saat Banten selesai melakukan penyerangan ke Palembang, sekembalinya dari Palembang mereka masih mendapati Belanda di tanah Banten. Dengan beralasan, Belanda menunggu panen lada yang tidak lama lagi. Pada saat panen, harga lada akan lebih murah. Hal ini membuat Mangkubumi Jayanegara marah. Yang terparah adalah disuatu malam Belanda membawa dua kapal dari Banten yang penuh dengan lada dan memindahkan ke kapalnya. Karena kepergok melakukan hal itu, Belanda kemudian menembaki kota Banten.
Atas kejadian ini mengakibatkan semua rakyat Banten sangat marah. Beberapa dari tentara Banten menyerbu ke kapal Belanda dan akhirnya menangkap kapten Houtman beserta delapan anak kapalnya. Houtman akan dilepaskan apabila dengan tebusan 45.000 Gulden serta diusir dari tanah Banten pada 2 Oktober 1596. Dua tahun kemudian tepatnya pada 1 Mei 1598, rombongan pedagang dari Belanda berangkat dipimpin oleh Jacob van Neck dibantu van Waerwijk dan van Heemskerck tiba di Banten pada 28 November 1598. Warga Pribumi Banten menerima dengan baik hati karena sikap Belanda ini berbeda dengan pada saat kedatangan Houtman. Nampaknya, pengusiran Houtman dijadikan pelajaran bagi Belanda.
Van Neck membawa pulang tiga kapalnya yang penuh dengan muatan, sementara dua pembantunya van Waerwijk dan van Heemskerck melakukan pelayaran lagi untuk mencapai wilayah Maluku dengan lima buah kapal.
Setelah kedua pelayaran Belanda berhasil, lalu berduyun - duyun orang Belanda berlayar ke Nusantara. yaitu Pada tahun 1598 tercatat sebanyak 22 kapal baik itu milik perorangan maupun perserikatan dagang dari Belanda yang melakukan pelayaran ke Indonesia. Bahkan pada 1602 sebanyak 65 kapal pulang ke Belanda dengan muatan penuh.
Suatu hari pemerintahan Portugis mengirim utusan dari Malaka dengan membawa uang 10.000 rial untuk meminta Banten memutuskan hubungan dengan Belanda dalam perdagangan dan apabila Belanda tetap melakukan perdagangan maka kapal - kapal Belanda akan di rusak serta diusir. Dikabarkan pula, Bahwa Portugis akan melakukan pembersihan kapal - kapal Belanda di Banten dan negeri timur lain. Mangkubumi Jayanegara menyetujui hal itu dan menerima pemberian dari Portugis. Akan tetapi, secara diam-diam Mangkubumi Jayanegara mengirimkan utusan untuk menyampaikan akan datangnya pasukan Portugis yang akan menyergap Belanda. Mendengar apa yang disampaikan utusan Mangkubumi, Lalu kapal Belanda pun meninggalkan wilayah Kota Banten.
Pada Tahun 1598 angkatan laut Portugis sampai di Kota Banten yang dipimpin Laurenco de Brito dari pangkalannya di Goa. Ketika sampainya di Kota Banten, kapal - kapal Belanda sudah tidak ada dan mereka marah. Mangkubumi yang dituduh karena telah bersengkongkol dengan Belanda dituntut untuk mengembalikan hadiah yang Portugis berikan. Akan Tapi Mangkubumi pun tidak mau menuruti karena beliau berpendapat bahwa Portugis tidak berhak melakukan pengusiran kapal- kapal yang berlabuh di Banten.
Pasukan Portugis marah, pelabuhan Banten diserang dan dijarah. Bahkan pedagang Cina pun ikut dirampas dangangannya. Melihat serangan dari Portugis, tentara Banten langsung menyerang balik hingga tiga kapal Portugis dapat direbut dan awak kapalnya melarikan diri meninggalkan kapal dan barang rampasan.
Adanya persaingan dagang antar sesama Belanda berimbas pada keuntungan yang semakin sedikit dan tidak jarang merugi. Melihat adanya hal tersebut, Pada 1602 dibentuklah perserikatan dagang Belanda yang Disebut Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) dengan modal awal 6,5 juta gulden yang berkedudukan di Amsterdam. Tujuann dibentuknya organisasi ini adalah untuk meraup laba sebesar - besarnya dan untuk memperkuat kedudukan Belanda di Nusantara untuk melawan kekuasaan Portugis dan Spanyol.
Pembentukan VOC yang baru seumur jagung ini mendapat saingan berat yaitu kongsi dagang Inggris EIC (East Indies Compagnie) yang telah dibentuk pada tahun 1600. Untuk memudahkan ruang gerak VOC, lalu dibangun kantor - kantor cabang seperti di Middelberg, Delft, Rotterdam, Horm dan Enkhuizen. Setelah dianggap sudah mapan, VOC lalu membangun cabang di Nusantara dengan Pieter Both yang menjabat sebagai Gubernur Jendral yang pertama dan dibantu oleh Dewan Penasehat (Raad van Indie) sebanyak 5 anggota.
VOC mengalami kemuduran pada 31 Desember 1799. Kemunduran VOC ini karena beberapa faktor, salah satunya adalah banyaknya korupsi yang ada di dalam tubuh VOC. Pemerintah Belanda kemudian mengambil alih VOC.
Demikian Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia (1596 - 1942) Terlengkap, Semoga bermanfaat
0 Response to "Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia (1596 - 1942) Terlengkap"
Posting Komentar