Ekstensifikasi Pertanian Pada Lahan Marginal Guna Mencegah Krisis Pangan Indonesia
Januari 10, 2016
Add Comment
A. Kondisi Pertanian di Indonesia
Semakin sempitnya lahan pertanian di Indonesia membuat para petani beralih untuk memanfaatkan lahan-lahan marginal sebagai lahan baru dalam pengupayaan pertanian. Padahal pemanfaatan lahan kritis dapat menimbulkan penurunan produktivitas tanah terutama pemanfaatan pada lahan-lahan yang memiliki kemiringan hampir 15% ke atas akan menyebabkan erosi. Produktivitas pertanian di Indonesia semakin berkurang (leveling off), hal ini terjadi karena tidak terkendalinya konversi lahan pertanian produktif dan terbatasnya ketersediaan lahan potensial untuk ekstensifikasi pertanian, dan terjadinya fragmentasi penguasaan lahan. Konversi lahan pertanian produktif di Indonesia merupakan salah satu ancaman serius bagi keberlanjutan ketahanan pangan nasional. Dalam periode 1999-2003 konversi lahan sawah mencapai 424.000 ha (106.000 ha/tahun) (Sutomo, 2004). Selain itu, terdapat sekitar 9,55 juta KK yang memiliki lahan < 0,5 ha dan angka tersebut cenderung meningkat akibat fragmentasi lahan serta makin tingginya insentif untuk usaha pada sektor non-pertanian.
B. Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
pembukaan lahan baru bukan dengan cara membuka kawasan hutan, melainkan melakukan konversi lahan-lahan tidur di seluruh wilayah Indonesia menjadi lahan produktif. Departemen Pertanian mencatat, lahan tidur di Indonesia mencapai lebih dari 7,13 juta hektare. Menurut Suswono, dari total 7,13 juta hektare lahan tidur, Badan Pertanahan Nasional (BPN) akan menyiapkan seluas dua juta hektare lahan tidur untuk kepentingan pertanian. "Pemerintah akan sepenuhnya memanfaatkan tanah tersebut sebagai bagian dari program ketahanan pangan Indonesia," tuturnya.
Lahan-lahan yang terbengkalai itu, tutur Suswono, sebenarnya merupakan lahan produktif untuk pertanian dan potensial untuk kegiatan peternakan. Departemen Pertanian berharap, pemanfaatan lahan tidur bisa membuat kegiatan pertanian maupun peternakan mewujudkan swasembada pangan semakin optimal.
Bukan itu saja, perluasan lahan pertanian juga dilakukan dengan menggalang kerjasama dengan pengusaha hutan tanaman industri (HTI). Caranya, memanfaatkan lahan cukup luas bekas penebangan. Selain itu, perluasan lahan tanam dengan cara melakukan penanaman tumpang sari.
Selain perluasan lahan, pemerintah akan merehabilitasi infrastruktur irigasi untuk kepentingan menjaga ketahanan pangan. Suswono bilang, mulai tahun depan, secara bertahap pemerintah merehabilitasi 1,5 juta hektare lahan irigasi di 16 provinsi penyangga pangan nasional. Ancaman harga pupuk
Sumber
Semakin sempitnya lahan pertanian di Indonesia membuat para petani beralih untuk memanfaatkan lahan-lahan marginal sebagai lahan baru dalam pengupayaan pertanian. Padahal pemanfaatan lahan kritis dapat menimbulkan penurunan produktivitas tanah terutama pemanfaatan pada lahan-lahan yang memiliki kemiringan hampir 15% ke atas akan menyebabkan erosi. Produktivitas pertanian di Indonesia semakin berkurang (leveling off), hal ini terjadi karena tidak terkendalinya konversi lahan pertanian produktif dan terbatasnya ketersediaan lahan potensial untuk ekstensifikasi pertanian, dan terjadinya fragmentasi penguasaan lahan. Konversi lahan pertanian produktif di Indonesia merupakan salah satu ancaman serius bagi keberlanjutan ketahanan pangan nasional. Dalam periode 1999-2003 konversi lahan sawah mencapai 424.000 ha (106.000 ha/tahun) (Sutomo, 2004). Selain itu, terdapat sekitar 9,55 juta KK yang memiliki lahan < 0,5 ha dan angka tersebut cenderung meningkat akibat fragmentasi lahan serta makin tingginya insentif untuk usaha pada sektor non-pertanian.
B. Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
pembukaan lahan baru bukan dengan cara membuka kawasan hutan, melainkan melakukan konversi lahan-lahan tidur di seluruh wilayah Indonesia menjadi lahan produktif. Departemen Pertanian mencatat, lahan tidur di Indonesia mencapai lebih dari 7,13 juta hektare. Menurut Suswono, dari total 7,13 juta hektare lahan tidur, Badan Pertanahan Nasional (BPN) akan menyiapkan seluas dua juta hektare lahan tidur untuk kepentingan pertanian. "Pemerintah akan sepenuhnya memanfaatkan tanah tersebut sebagai bagian dari program ketahanan pangan Indonesia," tuturnya.
Lahan-lahan yang terbengkalai itu, tutur Suswono, sebenarnya merupakan lahan produktif untuk pertanian dan potensial untuk kegiatan peternakan. Departemen Pertanian berharap, pemanfaatan lahan tidur bisa membuat kegiatan pertanian maupun peternakan mewujudkan swasembada pangan semakin optimal.
Bukan itu saja, perluasan lahan pertanian juga dilakukan dengan menggalang kerjasama dengan pengusaha hutan tanaman industri (HTI). Caranya, memanfaatkan lahan cukup luas bekas penebangan. Selain itu, perluasan lahan tanam dengan cara melakukan penanaman tumpang sari.
Selain perluasan lahan, pemerintah akan merehabilitasi infrastruktur irigasi untuk kepentingan menjaga ketahanan pangan. Suswono bilang, mulai tahun depan, secara bertahap pemerintah merehabilitasi 1,5 juta hektare lahan irigasi di 16 provinsi penyangga pangan nasional. Ancaman harga pupuk
Sumber
0 Response to "Ekstensifikasi Pertanian Pada Lahan Marginal Guna Mencegah Krisis Pangan Indonesia"
Posting Komentar