Thomas Aquino
Januari 22, 2016
Add Comment
Sejarah Hidup Thomas Aquino
Thomas Aquinas atau Thomas dari Aquino (1224-1274 M) lahir di Roccascca, dekat Napels, Italia. Lahir dari suatu keluarga bangsawan. Ayahnya ialah Pangeran Landulf dari Aquino dan ibunya bernama Countess Teodora Carracciolo. Kedua orang tuanya adalah orang Kristen Katolik yang saleh. Thomas, pada umur lima tahun diserahkan ke biara Benedictus di Monte Cassino agar dibina untuk menjadi seorang biarawan. Setelah sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Naples. Di sana ia belajar mengenai kesenian dan filsafat (1239-1244). Selama di sana, ia mulai tertarik pada pekerjaan kerasulan gereja, dan berusaha untuk pindah ke Ordo Dominikan, suatu ordo yang sangat berperan pada abad itu. Keinginannya tidak direstui oleh orang tuanya sehingga ia harus tinggal di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namun, karena tekadnya pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.Sebagai anggota Ordo Dominikan, Thomas dikirim belajar ke Universitas Paris, sebuah universitas yang sangat terkemuka pada masa itu. Ia belajar di sana selama tiga tahun (1245-1248). Di sinilah ia berkenalan dengan Albertus Magnus yang memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya. Ia menemani Albertus Magnus memberikan kuliah di Studium Generale di Cologne, Perancis, pada Tahun 1248 – 1252.
Pada Tahun 1252, ia kembali ke Paris dan mulai memberi kuliah Biblika (1252-1254) dan Sentences, karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Konven St. Jacques, Paris. Thomas ditugaskan untuk memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan teologia di beberapa kota di Italia, seperti di Anagni, Orvieto, Roma, dan Viterbo, selama sepuluh tahun lamanya. Pada Tahun 1269, Thomas dipanggil kembali ke Paris selama tiga tahun karena pada Tahun 1272 ia ditugaskan untuk membuka sebuah sekolah Dominikan di Naples.
Dalam perjalanan menuju ke Konsili Lyons, tiba-tiba Thomas sakit dan meninggal di biara Fossanuova, 7 Maret 1274. Paus Yohanes XXII mengangkat Thomas sebagai orang kudus pada tahun 1323 (http://id.wikipedia.org).
Ketika Thomas meninggal dunia pada usia 49 tahun, ia meninggalkan banyak karya tulisan. Suatu edisi modern yang mengumpulkan semua karyanya terdiri dari 34 jilid. Sebagaimana kebanyakan profesor muda pada waktu itu, Thomas memulai karier teologisnya dengan suatu komentar atas buku “Sententiae”, karangan Petrus Lombardus. Suatu karya lainnya ialah Summa contra Gentiles (Ikhtiar melawan orang-orang kafir); suatu uraian sistematis tentang teologi. Karyanya yang utama adalah Summa Thelogiae (Ikhtisar Teologi), yang terdiri dari tiga bagian.
Para ahli sejarah filsafat sepakat mengatakan bahwa filsafat Abad Pertengahan memuncak pada Thomas. Thomas mendasarkan filsafatnya pada prinsip-prinsip Aristotelisme.Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja KatolikRoma oleh Paus Leo XIII. Thomas Aquinas juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia : Tommaso d’Aquino). Thomas mendasarkan filsafatnya pada prinsip-prinsip Aristotelisme. Untuk memahami tulisan Aristoteles dalam bahasa Yunani, Thomas merasa sangat terbantu dengan tulisan-tulisan dari Ibn Rusyd dan Ibn Sina. Sehingga dia mampu menerjemahkan kedalam Bahasa Latin (Bertens, 1988: 35-36 dalam Rehayati, 2008: 3).
Tulisan-tulisan Thomas Aquinas semuanya dalam bahasa Latin, mencakup beberapa karangan besar tentang teologi, perdebatan teologi dan problema-problema filsafat, komentar tentang beberapa bagian dari Bibel dan tentang dua belas karangan Aristoteles. Karyanya yang terbesar adalah Summa Contra Gentiles, dan Summa Theologica (Titus dkk, 1984: 453 dalam Rehayati, 2008: 3). Thomas Aquinas dianggap sebagai orang suci Italia Dominican, seorang guru gereja yang merintis masuknya filsafat Yunani ke dalam pemikiran Barat dan menghubungkan dogma dan filsafat (Kuswari, 1988: 86 dalam Rehayati, 2008: 3).
Pemikiran-Pemikiran Thomas Aquino
Thomas Aquinas, seorang filsuf dan teolog barat termasyhur pada masa abad pertengahan. Pemikirannya merupakan tidak lepas dari pengaruh dua orang filosof besar, Agustinus dan Aristoteles dapat mengguncang Eropa. Pada masanya, pemikiran yang dicetuskan oleh Thomas Aquinas, yang membangun keharmonisan antara agama dan akal membawa pengaruh yang sangat kuat di jajaran masyarakat Eropa. Pemikiran-pemikiran Thomas Aquinas yaitu filsafat thomisme, Essentia dan Exentia, Argumen Kosmologi, filsafat tentang penciptaan, filsafat tentang makhluk murni, filsafat jiwa, dan Etika Teologis.Berikut ini adalah rincian pemikiran St.Thomas Aquinas:
1. Thomisme
Thomisme adalah aliran filsafat yang dicetuskan sebagai hasil pemikiran St.Thomas Aquinas, seorang imam Khatolik yang saleh. Kata ”thomisme” berasal dari Summa Theologica, salah satu dokumen paling berpengaruh dalam filsafat abad pertengahan dan terus dipelajari oleh generasi penerus, bahkan generasi sekarang. Dalam ensiklopedi Angelici Doctoris, Paus St Pius X mengingatkan bahwa ajaran-ajaran Gereja tidak bisa dipahami secara ilmiah tanpa dasar-dasar filosofis dasar utama tesis ‘Thomas.St Thomas Aquinas percaya bahwa kebenaran adalah benar dimana pun ditemukan, seperti juga para filsuf Yunani , Romawi , Yahudi , dan Muslim.
St Thomas Aquinas menganut faham terminologi dan metafisika Aristoteles. Filsafat Thomismenya ini menekankan pada pengertian materi dan bentuk, potensi dan aktus, serta bakat dan perealisasiannya. Filsafat ini mempunyai tujuan untuk menciptakan kedamaian Yunani dan Nasrani dalam hal filsafat sekuler.Thomas mengikuti pemahaman Aristoteles, merujuk kepadanya sebagai “Filsuf”. St. Thomas Aquinas juga mengikuti beberapa prinsip neoplato.
2. Essentia dan Exentia
Ajaran Thomas Aquinas yang dikenal dengan sebutan Essentia dan Exentia ini. Essentia mengajarkan hakikat Tuhan, sedangkan esentia mengajarkan keberadaan Tuhan. Menurut filsafat ini, Tuhan adalah sempurna keberadaannya dan tidak berkembang.Dalam ajaran ini, essensi dan esketia tentang Tuhan adalah ada dan satu.Filsafat ini membedakan Tuhan dengan makhluk ciptaan-Nya, dimana Tuhan ada satu, sedangkan makluknya tidak bersifat satu. Menurut Thomas, Allah (Tuhan) merupakan aktus paling umum yang disebut dengan actus purus(aktus murni), dimana Tuhan dinyatakan nyata adanya dan bersifat tunggal (Esa).
3. Argumen Kosmologi
Ajaran atau filsafat Thomas Aquinas yang ketiga adalah argumen kosmologi dan biasa disebut teologi naturalis. Dalam kosmologi, Thomas Aquinas berpendapat bahwa manusia dapat mengenal Allah melalui akal yang mereka miliki, meskipun pengetahuan tentang Allah yang mereka peroleh dengan akal terrsebut tidak jelas dan menyelamatkan. Dengan akal yang mereka miliki, manusia sebagai makhluk Tuhan (Allah) dapat mengetahui bahwa Allah itu ada dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya.
St. Thomas Aquinas menyampaikan lima bukti adanya Tuhan sebagaimana rincian berikut:
- Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama yaitu Allah. Menurut Thomas apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Penggerak pertama ini adalah Allah.
- Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, maka harus ada sebab berdaya guna yang pertama, inilah Allah.
- Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada. Oleh karena semuanya itu tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan oleh karena semuanya itu dapat rusak, maka ada kemungkinan semua itu ada, atau semuanya itu tidak ada. Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tak disebabkan oleh sesuatu yang lain, inilah Allah.
- Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau ada yang kurang baik, yang baik dan yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik. Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab daris segala yang baik, segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan semuanya itu adalah Allah.
- Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tapi memang dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak menuju akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan. Inilah Allah.
Berpijak pada keyakinan dan kenyatan bahwa manusia mempunyai kelebihan yang membedakan mereka dengan makhluk lain, yaitu akal, St. Thomas Aquinas berpendapat bahwa terdapat tiga cara yang dapat ditempuh manusia untuk mengenal Tuhannya. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut:
- Segala makhluk sekadar mendapat bagian dari keadaan Allah. Hal ini mengakibatkan, bahwa segala yang secara positif baik pada para makhluk dapat dikenakan juga kepada Allah (via positiva).
- Via Negativa, merupakan kebalikan dari teori pertama. Disebabkan oleh adanya analogi keadaan yaitu segala yang ada pada makhluk tentu tidak ada pada Allah dengan cara yang sama
- Jadi ada yang baik pada makhluk tentu berada pada Allah dengan cara yang jauh melebihi keadaan pada para makhluk itu (via iminentiae).
- Penciptaan
Filsafat ini tidak lepas dari ajaran tentang partisipasi, dasar yang dia terima dari Agustinus-Neoplatonisme. Namun demikian terdapat perbedaan yang mendasar antara pemikiran kedua tokoh tersebut. Ajaran Neoplatonisme menekankan emansipasi makhluk, sedangkan ajaran Thomas Aquinas menekankan pada kelebihan Allah, yaitu murni karya penciptaan Allah yang menyebabkan keberadaan dunia seisinya.Penciptaan merupakan perbuatan Allah secara kontinu dan berkelanjutan. Penciptaan yang terjadi secara kontinu untuk menciptakan para makhluk untuk dipelihara. - Makhluk murni
Dalam teori filsafat ini, para malaikat yang merupakan makhluk rohani yang murni juga tersusun dari essentia dan exentia. Malaikat-malaikat itu berwujud roh (essentia/hakikat) dan bereksitensi. Hakikat dan eksisitensi para malaikat membedakan mereka dengan makhluk-makhluk lain seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati. Karena para malaikat tidak mempunyai potensi untuk berkembang sebagaimana makhluk hidup ciptaan Allah yang lain, mereka tidak mempunyai susunan materi, bentuk, potensi dan aktus, para malaikat tidak memiliki jasad, hanya ruhlah yang menjadi essentia (hakikat) mereka. - Jiwa
Menurut teori ini, manusia adalah makhluk yang berdiri sendiri dan tersusun atas bentuk dan materi. Manusia memiliki jiwa atau ruh dengan tubuh/jasad sebagai bentuknya.Menurut Thomas Aquinas, jiwa dan jasad tidak dapat dipisahkan, mereka saling berhubungan. Jiwa bukanlah hal yang berdiri sebagai individu melainkan merupakan daya gerak yang memberikan wujud kepada tubuh sebagai materi. Sehingga, manusia memiliki dua hal yang menyatu sebagai pembentuk diri, yaitu pembentuk jassmani dan rohani mereka.
Jiwalah yang menjadi kekuatan ruhani manusia, yang menyatu dalam jasad manusia dan memiliki lima daya/kekuatan sebagai berikut:
- Daya jiwa vegetatif, yaitu hal yang berkaitan dengan penggantian zat dan pembiakan.
- Daya jiwa yang sensitif, yaitu yang berkaitan dengan keinginan. Jiwa mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi arah keinginan manusia.
- Daya jiwa yang menggerakkan. Jasad para makluk, termassuk manusia dapat tergerak untuk hal-hal tertentu karena pengaruh jiwa.
- Daya jiwa untuk berfikir. Dengan adanya jiwa, manusia terdorong untuk berfikir, menentukan tata cara melakukan dan mewujudkan perubahan.
- Daya jiwa untuk mengenal. Proses identifikasi yang dilakukan manusia terhadap hal yang ada dan terjadi di sekeliling mereka dipengaruhi oleh jiwa dan kekuatannya. Dengan jiwa pula manusia dapat mengenal Tuhan.
Filsafat etika teologis yang disampaikan oleh Santo Thomas Aquinas ini mengajarkan tentang moral. Etika mencakup moral yang diberlakukan bagi manusia sebagai individu maupun kelompok/masyarakat, menurut ajaran ini merupakan cahaya yang diturunkan oleh Allah dari cahaya manusia atau diturunkan dari tabiat manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat. Etikanya bersifat teologis, etika yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah sebagai Sang Pencipta. Namun demikian, etika teologis yang dia sampaikan tidak membuat ciri khas filosofis bahwa etika mempunyai kecenderungan untuk mengarahkan manusia menemukan garis hidup dan akalnya lenyap begitu saja. Realisaasinya adalah mewujudkan tujuan paling akhir dari kehidupan manusia yaitu secara perorangan manusia meyakini Allah dan secara sosial masyarakat, manusia harus diatur sesuai dengan tuntutan tabiat manusia untuk dapat saling membantu sesama manusia dalam mengendalikan nafsu yang tidak lepas dari diri dan jiwa mereka. Menurut St. Thomas Aquinas, pada dasarnya semua nafsu adalah baik. Yang manjadikan wujud kejahatan pada nafsu-nafsu tersebut adalah ketika nafsu-nafsu tersebut melanggar wilayah masing-masing dantidak mendukung akal serta kehendak. Kejahatan selalua ada selama kebaikan masih ada. Nafsu dapat dikendalikan melalui akal yang merupakan pencerminan dari akal Illahi, akal yang mendasari kehidupan yang berpijak dan beriman kepada Allah sehingga akal tersebut dapat menghasilkan kebajikan.Pandangan St.Thomas Aquinas mengenai peraturan menunjukkkan kelebihan etika filsafat yang dia sampaikan dibandingkan dengan etika teolog yang lain.
Ajaran Thomas Aquinos
Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens). Allah adalah "dzat yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya.Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas.Mengenai manusia, Thomas mengajarkan bahwa pada mulanya manusia memunyai hidup kodrati yang sempurna dan diberi rahmat Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rahmat Allah (rahmat adikodrati) itu hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi kurang sempurna. Manusia tidak dapat lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati itu ditawarkan kepada manusia lewat gereja. Dengan bantuan rahmat adikodrati itu manusia dikuatkan untuk mengerjakan keselamatannya dan memungkinkan manusia dimenangkan oleh Kristus.
Mengenai sakramen, ia berpendapat bahwa terdapat tujuh sakramen yang diperintahkan oleh Kristus, dan sakramen yang terpenting adalah Ekaristi (sacramentum sacramentorum). Rahmat adikodrati itu disalurkan kepada orang percaya lewat sakramen. Dengan menerima sakramen, orang mulai berjalan menuju kepada suatu kehidupan yang baru dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menjadikan ia berkenan kepada Allah. Dengan demikian, rahmat adikodrati sangat penting karena manusia tidak bisa berbuat apa-apa yang baik tanpa rahmat yang dikaruniakan oleh Allah.Gereja dipandangnya sebagai lembaga keselamatan yang tidak dapat berbuat salah dalam ajarannya. Paus memiliki kuasa yang tertinggi dalam gereja dan Pauslah satu-satunya pengajar yang tertinggi dalam gereja. Karya teologis Thomas yang sangat terkenal adalah "Summa Contra Gentiles" dan "Summa Theologia". Dalam sejarah pemikiran Kristen, antithesis antara iman dan reason (akal budi) telah didekati dengan berbagai metode. Upaya Skolastik Abad Pertengahan Dalam gambaran historis singkat ini, metode untuk menghubungkan iman dan rasio yang pertama dibahas adalah filsafat Thomistik Gereja Roma Katolik. Selain persetujuan (assent) pribadi orang percaya, dalam system ini iman artinya informasi yang diwahyukan yang ada dalam Alkitab, tradisi, dan suara hidup dari gereja Roma. Akal budi artinya informasi yang dapat diperoleh melalui pengamatan inderawi terhadap alam dan diinterpretasi intelek. Rasionalis abad ketujuhbelas membedakan akal budi (reason) dengan sensasi [inderawi], Thomas membedakan akal budi (reason) dan wahyu. Kebenaran akal budi adalah kebenaran yang dapat diperoleh melalui kemampuan indera dan intelek alamiah manusia tanpa bantuan anugerah supranatural.
Definisi iman dan akal budi ini mengakibatkan wahyu hanya “tidak masuk akal” (unreasonable) secara verbal; wahyu tidak dapat disebut tidak masuk akal atau irasional dalam pengertian yang merendahkan. Kadang-kadang kita curiga kaum sekuler menggunakan verbalisme untuk memberikan kesan yang menakutkan.
Thomisme memang menekankan ketiadaan kompatibilitas antara iman dan akal budi, namun ketiadaan kompatibilitas itu bersifat psikologis semata. Namun demikian, menurut Thomisme adalah memungkinkan untuk mendemonstrasikan keberadaan Allah melalui pengamatan terhadap alam. Aristoteles berhasil melakukannya. Tidak semua proposisi wahyu dapat didemonstrasikan dengan filsafat rasional; tetapi ada kebenaran-kebenaran yang dapat didemonstrasikan yang juga telah diwahyukan kepada manusia, karena Allah tahu bahwa tidak semua orang memiliki kemampuan intelektual seperti Aristotle; karena itu Allah mewahyukan beberapa kebenaran itu, walaupun dapat didemonstrasikan, demi kebanyakan umat manusia.Muatan (content) wahyu yang tidak dapat didemonstrasikan (seperti doktrin Trinitas dan sakramen), walaupun berada di luar jangkauan akal budi seperti definisi di atas, tidaklah irasional atau nonsensical. Kebenaran iman yang lebih tinggi tidak bertentangan dengan kesimpulan akal budi manapun; sebaliknya doktrin wahyu melengkapi apa yang tidak dapat dicapai oleh akal budi. Kedua rangkaian kebenaran ini, atau lebih tepatnya kebenaran yang diperoleh dari dua metode berbeda ini saling melengkapi. Bukannya menjadi penghalang bagi akal budi, iman berfungsi memberi peringatan kepada seorang pemikir bahwa dia melakukan kesalahan.
Bagi Thomas Aquinas, ada dua cara mengenal Allah. Pertama melalui teologi negatif. Hal itu tidak akan kita bahas di sini. Kedua melalui metode analogi. Karena Allah adalah pure being, tanpa bagian, yang esensiNya identik dengan keberadaanNya, maka istilah-istilah yang diterapkan pada Allah tidak dapat digunakan tepat dengan cara yang sama dengan pada saat diterapkan pada ciptaan. Kalau dikatakan bahwa seorang manusia bijaksana dan Allah bijaksana, harus diingat bahwa kebijaksanaan manusia adalah kebijaksanaan yang diperoleh/dipelajari, sementara itu Allah tidak pernah belajar. Pikiran manusia tunduk kepada kebenaran; kebenaran adalah pimpinannya. Namun pikiran Allah adalah penyebab kebenaran karena Allah memikirkannya, atau mungkin lebih baik diformulasikan, Allah adalah kebenaran. Karena itu istilah pikiran tidak memiliki arti yang tepat sama pada manusia dan pada Allah. Hal ini tidak hanya berlaku untuk istilah-istilah di atas, tetapi juga pada gagasan tentang eksistensi. Karena keberadaan Allah adalah esensiNya – identitas yang tidak dapat diduplikasikan- maka bahkan kata keberadaan (existence) tidak berlaku sama (univocal) pada Allah dan pada ciptaan.
Pada saat yang sama, Thomas tidak mengakui bahwa istilah-istilah itu juga memiliki arti berbeda sama sekali (equivocal). Pada saat dikatakan bahwa playboys lead fast lives, while ascetics fast, kata [fast] dalam kedua anak kalimat itu tidak memiliki arti yang sama. Thomas memilih jalan tengah antara perbedaan makna (equivocation) dan kesatuan makna ketat (strict univocity) dengan mengatakan bahwa kata-kata bisa digunakan secara analogis; dan dalam hal Allah dan manusia, predikat yang digunakan diterapkan secara analogis.
Jika makna analogis dari bijaksana atau keberadaan memiliki bidang arti yang sama [bagi manusia dan Allah], maka bidang arti ini pasti dapat dikemukakan dengan menggunakan satu istilah yang berlaku untuk keduanya. Istilah ini dapat digunakan untuk Allah dan untuk manusia. Namun Thomas menekankan bahwa tidak ada istilah yang dapat diterapkan demikian. Implikasinya adalah semua sisa kemungkinan makna identik di antara keadaan terhapus.
Filsafat Thomas Aquino
Sejarah perkembangan filsafat barat merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Terdapat banyak teori atau aliran filsafat yang mewarnai dunia pengetahuan barat yang kini dikenal sebagai negara-negara maju. Kemajuan perkembangan pengetahuan mesyarakat negara-negara tersebut tidak sepenuhnya lepas dari perkembangan filsafat yang melatarbelakanginya. Perkembangan filsafat-filsafat yang ada dan terjadi memberikan corak warna pada kehidupan masyarakat di dunia.Seiring perkembangan zaman, paradigma berfikir massyarakat barat modern lebih banyak dipengaruhi oleh aliran logis, yaitu filsafat Positivisme Logis. Filsafat ini mengajarkan bahwa hanya daya panca indera manusialah yang mampu mengubah kehidupan masyarakat dunia menjadi lebih maju, dalam hal ini masyarakat menjadi maju pesat dalam bidang pengetahuan. Sebelum filsafat Positivisme Logis menjiwai masyarakat barat, lahir pemikiran atau filsafat yang disampaikan oleh filsuf termasyhur bernama Santo Thomas Aquinas. Aliran filsafatnya bertentangan dengan filsafat barat yang menentang metafisika. Karena dilahirkan di Italia dan pernah menempuh studi di Universitas Paris, pemikiran Thomas Aquinas juga diperngaruhi oleh pemikiran muslim, meskipun beliau adalah seorang Khatolik yang taat.
Thomas Aquinas merupakan filsuf dan teolog yang teguh pendiriannya. Ketika para ilmuwan Barat menentang teori-teori filsafatnya dengan gencar, beliau tettap kokoh mempaertahankan prinsip-prinsip yang mengakui adanya kekuatan Allah yang tidak sama dengan para makhluk-Nya. Beliau memberikan pencerahan tentang etika, dan membedakan antara pengetahuan dan keimanan manusia.
Sumber :
Collison, Diane.2001. Lima Puluh filosof Dunia yang Menggerakkan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hadiwijono, Harun. 1989. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Kanisius
Rehayati, Rina. 2008. Filsafat Religius Thomas Aquinas (1224-1274 M). Jurnal.
Djumhur.I, Drs. H. Danasuprata. Sejarah Pendidikan.Bandung: Angkasa
http://thebookofphylosoph.blogspot.com/2010/06/thomisme.html.
http://www.biography.com/people/st-thomass-aquinas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Aquinas
0 Response to "Thomas Aquino"
Posting Komentar