Awal Kedatangan Bangsa Barat dan Awal terbentuknya VOC di Indonesia
Januari 22, 2016
Add Comment
Latar belakang bangsa Eropa datang ke Indonesia
Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka.
Bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan untuk memperoleh hak monopoli perdagangan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah dan tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
Di luar faktor yang disebutkan di atas, orang-orang Eropa yang sebagian besar beragama Kristen terdorong pula untuk pergi ke mana pun guna menyebarkan Injil (Gospel). Mereka percaya bahwa menyebarkan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan adalah salah satu panggilan hidupnya. Selain menyebarkan Injil, mereka juga berusaha mencari kekayaan (gold) dan kebanggaan serta kejayaan (glory) bagi negaranya. Bangsa-bangsa Eropa tersebut diantaranya :
Awal terbentuknya VOC di Indonesia
Setelah Cornellis de Houtman sampai di Banten tahun 1596, maka pada tahun 1598 Compagnie Van Verre di Belanda memberangkatkan 8 kapal di bawah pimpinan Van Nock dan Warwijk yang membutuhkan waktu 7 bulan sampai di Banten. Keberhasilan pelayaran tersebut mendorong keinginan berbagai perusahaan di Belanda untuk memberangkatkan kapalnya ke Indonesia. Ada 14 perusahaan yang telah memberangkatkan 62 kapal. Sementara itu Portugis berusaha keras untuk menghancurkan mereka.
Keberhasilan ekspedisi-ekspedisi Belanda dalam mengadakan perdagangan rempah-rempah mendorong pengusaha-pengusaha Belanda yang lainnya untuk berdagang ke Nusantara. Diantara mereka terjadi persaingan. Disamping itu mereka harus harus menghadapi persaingan dengan Portugis, Spanyol dan Inggris. Akibatnya mereka saling menderita kerugian, lebih-lebih dengan sering terjadinya perampokan-perampokan oleh bajak laut.
Atas usul Johan Van Oldenbarneveld dibentuklah sebuah perusahaan yang disebut Vereemigde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tanggal 20 Maret 1682. Tujuan pembentukan VOC tidak lain adalah menghindarkan persaingan antar pengusaha Belanda (intern) serta mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern).
Atas prakarsa dari 2 orang tokoh Belanda yaitu Pangeran Maurits dan Johan van Olden Barnevelt pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberinama VOC (Verenigde Oost Indesche Compagnie ) atau ‘Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur’, pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang. VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang dikepalai oleh Francois Witter .
Selain untuk menjaga persaingan dengan Bangsa lain yang mencoba masuk ke Indonesia, VOC didirikan untuk tujuan lain, yaitu:
Dengan berdirinya VOC maka pemerintah Belanda pun memberikan hak-hak istimewa bagi VOC, agar dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan hak-kak itu adalah:
Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlan jabatan Gubernur Jenderal VOC antara lain:
Setelah berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan kekuasaan dengan pendekatan serta campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Indonesia antara lain Mataram, Banten, Banjar, Sumatra, Gowa (Makasar) serta Maluku. Akibat hak monopoli yang dimilikinya. VOC memaksakan kehendaknya sehingga menimbulkan permusuhan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Untuk menghadapi perlawanan bangsa Indonesia VOC meningkatkan kekuatan militernya serta membangun benteng-benteng seperti di Ambon, Makasar, Jayakarta dan lain-lain.
Bagaimana cara Belanda memperoleh monopoli perdagangan di Indonesia? Cara yang dilakukan VOC adalah:
Dalam melaksanakan pemerintahan VOC banyak mempergunakan tenaga Bupati. Sedangkan bangsa Cina dipercaya untuk pemungutan pajak dengan cara menyewakan desa untuk beberapa tahun lamanya.
Bagaimana perkembangan VOC selanjutnya? Pada pertengahan abad ke 18 VOC mengalamii kemunduran karena beberapa sebab sehingga dibubarkan.
Berdasarkan alasan di atas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dan pemerintah Belanda (saat itu Republik Bataaf) mencabut hak-hak VOC. Semua kekayaan dan utang VOC diambil alih oleh negara dan mulai saat itu pula, segala bentuk kekuasaan atas Indonesia berada langsung di bawah pemerintahan Belanda. Kekuasaan Republik Bataaf di Belanda ternyata tidak berlangsung lama dan belum sempat berkuasa di Indonesia. Pada tahun 1806, terjadi perubahan politik di Eropa hingga Republik Bataaf dibubarkan dan berdirilah Kerajaan Belanda yang diperintah oleh Raja Louis Napoleon.
VOC dibubarkan dengan alasan :
Reaksi bangsa Indonesia dengan kedatangan bangsa Eropa dan terbentuknya VOC di Indonesia
Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat di wilayah Nusantara hidup dengan tenteram di bawah kekuasaan raja-raja. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia mula-mula disambut baik oleh bangsa Indonesia, tetapi lama-kelamaan rakyat Indonesia mengadakan perlawanan karena kebijaksanaan pemerintah kolonial yang tidak pernah memihak pada rakyat, misalnya: sistem monopoli dalam perdagangan, pajak yang memberatkan, rodi, cultuur stelsel, serta campur tangan dalam kehidupan kraton dan sistem devide at-impera. Perlawanan bangsa Indonesia ini dilakukan terhadap Portugis, VOC maupun pemerintah kolonial Belanda.
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Portugis terjadi di Ternate yang berkobar tahun 1533. Portugis mendatangkan bantuan di bawah pimpinan Antonio Galvalo. Tahun 1565, dibawah pimpinan Sultan Hairun, bangsa kita kembali melawan Portugis. Namun dengan akal licik, dengan bujukan untuk berunding, Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa ini semakin membangkitkan kemarahan rakyat. Maka dibawah pimpinan Sultan Baabullah rakyat melawan Portugis. Tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut rakyat Ternate.
Di Aceh juga terjadi perlawanan terhadap Portugis. Untuk menghadapi ancaman Portugis, Aceh mengadakan persiapan-persiapan meliputi:
Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus, keduanya tidak berhasil saling mengalahkan.
Selain di Ternate dan di Aceh, pasukan Demak di bawah pimpinan putra mahkota Demak Pati Unus juga menyerang Portugis di Malaka, tetapi karena faktor jarak yang terlalu jauh dan kalah persenjataan, serangan Demak di Malaka ini tidak berhasil. Namun dalam pertempuran di Sunda Kelapa, pasukan Demak yang dipimpin Fatahillah tahun 1527 berhasil mengalahkan Portugis di bawah pimpinan Fransisco de Sa. Perlawanan bangsa Indonesia
Perlawanan rakyat Indonesia juga dirasakan oleh VOC. Perlawanan tersebut diantaranya adalah perlawanan Mataram. Sultan Agung bercita-cita mengusir orang-orang Belanda dari pulau Jawa. Pada tahun 1628 menyerang VOC di Batavia dipimpin Tumenggung Bahureksa. Gagal. Menyusul pasukan Tumenggung Suro Agul-agul. Kyai Dipati mandurareja dan Kyai Dipati Upasanta, menyerang benteng Holandia tetapi gagal. Pada tahun 1629 pasukan Mataram kembali menyerang Batavia. Serangan gagal kembali. Namun pada serangan kedua ini Gubernur Jenderal J.P. Coen meninggal.
Alasan-alasan Mataram menyerang di Batavia diantaranya:
Di Makasar, VOC ingin menguasai ibukota Makasar yaitu Sombapou yang merupakan bandar yang sangat strategis. Usaha yang dilakukannya antara lain mengajukan permintaan kepada Sultan Makasar agar:
Permintaan tersebut ditolak Sultan, akhirnya perselisihan tidak bisa dihindarkan. Sebagai raja, Sultan Hasannudin dengan gagah berani melawan VOC. Ia mendapat julukan "Ayam Jantan dari Timur". Tahun 1667 VOC berhasil menghasut raja Bone Aru Palaka untuk melawan Makasar. Pertempuran hebat terjadi Juli 1667. Pasukan Makasar harus menghadapi persekutuan VOC dan Aru Palaka. Tahun 1667 bulan November Sultan Hasannudin terpaksa harus menandatangani perjanjian Bongaya. Isinya:
Selain Mataram dan di Banten, perlawanan terhadap Voc juga dilakukan oleh rakyat Banten. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC mulai berlangsung sejak VOC merebut Jayakarta (1629). Perlawanan ditingkatkan pada masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, sejak 1651. Melihat perkembangan Banten VOC tidak senang, maka VOC dengan bantuan putra raja (Sultan Haji) berhasil mengadu domba Akhirnya Sultan berserta Pangeran Purbaya terdesak dan melarikan diri. Tetapi Sultan dapat ditangkap tahun 1683, sedang Pangeran Purbaya menyingkir ke Periangan.
Perlawanan rakyat Banten dilanjutkan oleh Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC membawa akibat:
Trunojoyo yang merupakan putra bupati Madura juga melakukan perlawanan terhadap VOC. Tahun 1674 ia mengankat senjata melakukan perlawanan karena Sultan Amangkurat I memerintah secara sewenang-wenang dan bekerjasama dengan VOC. Trunojoyo dibantu Karaeng Galesung, Monte Marano, Macan Wulung, dan lain-lain. Pengganti Angkurat I yaitu Amangkurat II meminta bantuan VOC. Di bawah pimpinan kapten Jonker, tahun 1679 Trunojoyo tertangkap dan dibunuh Amangkurat II.
Untung Suropati yang merupakan mantan serdadu VOC tidak tega melihat bangsanya diperlakukan sewenang-wenang oleh serdadu VOC. Ia mengangkat senjata. Perlawanannya berlangsung antara tahun 1658-1706. Ia bekerjasama dengan Sunan Amangkurat III(Sunan Mas)
Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka.
Bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan untuk memperoleh hak monopoli perdagangan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah dan tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
Di luar faktor yang disebutkan di atas, orang-orang Eropa yang sebagian besar beragama Kristen terdorong pula untuk pergi ke mana pun guna menyebarkan Injil (Gospel). Mereka percaya bahwa menyebarkan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan adalah salah satu panggilan hidupnya. Selain menyebarkan Injil, mereka juga berusaha mencari kekayaan (gold) dan kebanggaan serta kejayaan (glory) bagi negaranya. Bangsa-bangsa Eropa tersebut diantaranya :
- Bangsa Portugis Ekspedisi pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda baru melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini menemukan jalan ke Indonesia.Orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah Bartholomeus Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan baik, namun ia gagal mencapai Indonesia. Setelah Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di Tanjung Harapan Baik (Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke Indonesia diteruskan oleh armada-armada Portugis berikutnya.Armada Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati Tanjung Harapan Baik. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka bertemu dengan pedagang-pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara tetap dirahasiakan oleh para pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri pantai timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar. Daerah itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini disebut Guadafui (berhati-hatilah).Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang disebutnya Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan India tidak lagi melalui jalur Laut Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.Namun, penemuan ini belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin menjelajahi daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku.Pada waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat perdagangan yang sangat ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah sumber rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia dimulai sejak kedatangan Alfanso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima dengan baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan berdagang dan membangun benteng di ternate.
- Bangsa Spanyol Pelopor bangsa, Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah Christopher Columbus, ia berjalan kearah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai India. Setelah Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah rempah – rempah dipelopori oleh Ferinand Magellan. Berbeda dengan armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. sewaktu mencoba mengatasi perang antarsuku di Cebu, Magellan terbunuh. Ia digantikan oleh Del Cano. Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak saat itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu tidak hanya dalam hal perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya benteng Spanyol di Tidore. Kondisi tersebut tentu saja menyebabkan antara Portugis dan Spanyol saat itu, Portugis membuka kantor dagangnya di Ternate. Portugis merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan alasan tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore. Benteng Spanyol di Tidore dapat direbut Portugis. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Zaragosa. Berdasarkan perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis sedangkan Filipina dikuasai Sepanyol.
- Bangsa Inggris Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama. Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka. Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia. Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar. Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat lainnya di Indonesia dagang Barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.
- Bangsa Belanda Armada Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia dipimpin Van Neck, namun ekspedisi ini gagal. Kemudian, pada tahun 1595 armada Belanda dipimpin Cornelis de Houtman dan Pieter de Kaizer berangkat menuju Indonesia. Mereka menyusuri pantai barat Afrika lalu sampai ke Tanjung Harapan Baik. Dari sana, mereka mengarungi Samudera Hindia dan masuk ke Indonesia melalui Selat Sunda lalu tiba di Banten.Armada ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena Belanda bersikap kasar. Selain itu, hubungan antara Banten dan Portugis masih baik. Dari Banten, armada ini bermaksud menuju Maluku untuk membeli rempah-rempah namun gagal mencapai Maluku. Cornelis de Houtman tiba kembali di negerinya pada tahun 1597. ia disambut sebagai penemu jalan ke Indonesia. Setelah Cornelis, armada Belanda datang ke Indonesia susul menyusul. Hal ini mengakibatkan lalu lintas Indonesia – Belanda menjadi ramai. Armada Belanda yang pertama mencapai Maluku adalah armada kedua. Mereka berhasil melakukan pembelian remapah-rempah disana. Pada awalnya, Belanda memang gagal menghadapi persaingan dengan Portugis, baik di Maluku maupun di pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Namun, karena armada Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit demi sedikit armada Portugis mulai terdesak. Akhirnya Portugis terusir dari Maluku menandai era kolonialisme Belanda di Indonesia. Sejak itu, pedagang-pedagang Belanda semakin banyak yang datang ke Maluku. Untuk mengatasi persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri, pada tahun 1602 dibentuk VOC (Vereenigde OostIndische Compagnie) atau persekutuan Dagang Hindia Timur.
Awal terbentuknya VOC di Indonesia
Setelah Cornellis de Houtman sampai di Banten tahun 1596, maka pada tahun 1598 Compagnie Van Verre di Belanda memberangkatkan 8 kapal di bawah pimpinan Van Nock dan Warwijk yang membutuhkan waktu 7 bulan sampai di Banten. Keberhasilan pelayaran tersebut mendorong keinginan berbagai perusahaan di Belanda untuk memberangkatkan kapalnya ke Indonesia. Ada 14 perusahaan yang telah memberangkatkan 62 kapal. Sementara itu Portugis berusaha keras untuk menghancurkan mereka.
Keberhasilan ekspedisi-ekspedisi Belanda dalam mengadakan perdagangan rempah-rempah mendorong pengusaha-pengusaha Belanda yang lainnya untuk berdagang ke Nusantara. Diantara mereka terjadi persaingan. Disamping itu mereka harus harus menghadapi persaingan dengan Portugis, Spanyol dan Inggris. Akibatnya mereka saling menderita kerugian, lebih-lebih dengan sering terjadinya perampokan-perampokan oleh bajak laut.
Atas usul Johan Van Oldenbarneveld dibentuklah sebuah perusahaan yang disebut Vereemigde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tanggal 20 Maret 1682. Tujuan pembentukan VOC tidak lain adalah menghindarkan persaingan antar pengusaha Belanda (intern) serta mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern).
Atas prakarsa dari 2 orang tokoh Belanda yaitu Pangeran Maurits dan Johan van Olden Barnevelt pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberinama VOC (Verenigde Oost Indesche Compagnie ) atau ‘Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur’, pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang. VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang dikepalai oleh Francois Witter .
Selain untuk menjaga persaingan dengan Bangsa lain yang mencoba masuk ke Indonesia, VOC didirikan untuk tujuan lain, yaitu:
- Menghindari persaingan tidak sehat diantara sesama pedagang Belanda untuk keuntungan maksimal.
- Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan, baik dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
- Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol.
Dengan berdirinya VOC maka pemerintah Belanda pun memberikan hak-hak istimewa bagi VOC, agar dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan hak-kak itu adalah:
- Memonopoli perdagangan
- Mencetak dan mengedarkan uang
- Mengangkat dan memperhentikan pegawai
- Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
- Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
- Mendirikan benteng
- Menyatakan perang dan damai
- Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat.
Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia diangkatlan jabatan Gubernur Jenderal VOC antara lain:
- Pieter Both, merupakan Gubernur Jenderal VOC pertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.
- Jan Pieterzoon Coen, merupakan Gubernur Jenderal kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta (Batavia). Karena letaknya strategis di tengah-tengah Nusantara memudahkan pelayaran ke Belanda.
Setelah berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan kekuasaan dengan pendekatan serta campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Indonesia antara lain Mataram, Banten, Banjar, Sumatra, Gowa (Makasar) serta Maluku. Akibat hak monopoli yang dimilikinya. VOC memaksakan kehendaknya sehingga menimbulkan permusuhan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Untuk menghadapi perlawanan bangsa Indonesia VOC meningkatkan kekuatan militernya serta membangun benteng-benteng seperti di Ambon, Makasar, Jayakarta dan lain-lain.
Bagaimana cara Belanda memperoleh monopoli perdagangan di Indonesia? Cara yang dilakukan VOC adalah:
- Melakukan pelayaran hongi untuk memberantas penyelundupan. Tindakan yang dilakukan VOC adalah merampas setiap kapal penduduk yang menjual langsung rempahrempah kepada pedagang asing seperti Inggris, Perancis dan Denmark. Hal ini banyak dijumpai di pelabuhan bebas Makasar
- Melakukan Ekstirpasi yaitu penebangan tanaman, milik rakyat. Tujuannya adalah mepertahankan agar harga rempah-rempah tidak merosot bila hasil panen berlebihan (over produksi). Ingat hukum ekonomi!
- Perjanjian dengan raja-raja setempat terutama yang kalah perang wajib menyerahkan hasil bumi yang dibutuhkan VOC dengan harga yang ditetapkan VOC. Penyerahan wajib disebut Verplichte Leverantien
- Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak, yang disebut dengan istilah Contingenten
Dalam melaksanakan pemerintahan VOC banyak mempergunakan tenaga Bupati. Sedangkan bangsa Cina dipercaya untuk pemungutan pajak dengan cara menyewakan desa untuk beberapa tahun lamanya.
Bagaimana perkembangan VOC selanjutnya? Pada pertengahan abad ke 18 VOC mengalamii kemunduran karena beberapa sebab sehingga dibubarkan.
- Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi
- Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin dari Gowa.
- Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan pegawai yang banyak
- Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah pemasukan VOC kekurangan
- Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis.
- Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.
Berdasarkan alasan di atas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dan pemerintah Belanda (saat itu Republik Bataaf) mencabut hak-hak VOC. Semua kekayaan dan utang VOC diambil alih oleh negara dan mulai saat itu pula, segala bentuk kekuasaan atas Indonesia berada langsung di bawah pemerintahan Belanda. Kekuasaan Republik Bataaf di Belanda ternyata tidak berlangsung lama dan belum sempat berkuasa di Indonesia. Pada tahun 1806, terjadi perubahan politik di Eropa hingga Republik Bataaf dibubarkan dan berdirilah Kerajaan Belanda yang diperintah oleh Raja Louis Napoleon.
VOC dibubarkan dengan alasan :
- Kesulitan keuangan karena korupsi, banyaknya biaya untuk menggaji pegawai, membayar deviden dan menghadapi peperangan di berbagai daerah
- Menghadapi persaingan perusahaan dagang asing
- Berdirinya Republik Bataaf yang menghendaki perdagangan bebas
Reaksi bangsa Indonesia dengan kedatangan bangsa Eropa dan terbentuknya VOC di Indonesia
Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat di wilayah Nusantara hidup dengan tenteram di bawah kekuasaan raja-raja. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia mula-mula disambut baik oleh bangsa Indonesia, tetapi lama-kelamaan rakyat Indonesia mengadakan perlawanan karena kebijaksanaan pemerintah kolonial yang tidak pernah memihak pada rakyat, misalnya: sistem monopoli dalam perdagangan, pajak yang memberatkan, rodi, cultuur stelsel, serta campur tangan dalam kehidupan kraton dan sistem devide at-impera. Perlawanan bangsa Indonesia ini dilakukan terhadap Portugis, VOC maupun pemerintah kolonial Belanda.
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Portugis terjadi di Ternate yang berkobar tahun 1533. Portugis mendatangkan bantuan di bawah pimpinan Antonio Galvalo. Tahun 1565, dibawah pimpinan Sultan Hairun, bangsa kita kembali melawan Portugis. Namun dengan akal licik, dengan bujukan untuk berunding, Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa ini semakin membangkitkan kemarahan rakyat. Maka dibawah pimpinan Sultan Baabullah rakyat melawan Portugis. Tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut rakyat Ternate.
Di Aceh juga terjadi perlawanan terhadap Portugis. Untuk menghadapi ancaman Portugis, Aceh mengadakan persiapan-persiapan meliputi:
- Melengkapi kapal dagangnya dengan meriam dan prajurit
- Meminta bantuan persenjataan dan ahli perang dari Turki
- Meminta bantuan dari Kalikut dan Demak
Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus, keduanya tidak berhasil saling mengalahkan.
Selain di Ternate dan di Aceh, pasukan Demak di bawah pimpinan putra mahkota Demak Pati Unus juga menyerang Portugis di Malaka, tetapi karena faktor jarak yang terlalu jauh dan kalah persenjataan, serangan Demak di Malaka ini tidak berhasil. Namun dalam pertempuran di Sunda Kelapa, pasukan Demak yang dipimpin Fatahillah tahun 1527 berhasil mengalahkan Portugis di bawah pimpinan Fransisco de Sa. Perlawanan bangsa Indonesia
Perlawanan rakyat Indonesia juga dirasakan oleh VOC. Perlawanan tersebut diantaranya adalah perlawanan Mataram. Sultan Agung bercita-cita mengusir orang-orang Belanda dari pulau Jawa. Pada tahun 1628 menyerang VOC di Batavia dipimpin Tumenggung Bahureksa. Gagal. Menyusul pasukan Tumenggung Suro Agul-agul. Kyai Dipati mandurareja dan Kyai Dipati Upasanta, menyerang benteng Holandia tetapi gagal. Pada tahun 1629 pasukan Mataram kembali menyerang Batavia. Serangan gagal kembali. Namun pada serangan kedua ini Gubernur Jenderal J.P. Coen meninggal.
Alasan-alasan Mataram menyerang di Batavia diantaranya:
- Belanda dianggap merintangi cita-cita Sultan Agung
- Belanda merintangi hubungan dagang Mataram dengan Malaka
- Belanda berbuat kasar dalam berdagang
Di Makasar, VOC ingin menguasai ibukota Makasar yaitu Sombapou yang merupakan bandar yang sangat strategis. Usaha yang dilakukannya antara lain mengajukan permintaan kepada Sultan Makasar agar:
- Makasar menutup bandarnya bagi kapal-kapal asing kecuali VOC
- Makasar memberi hak monopoli kepada VOC
- Melarang kapal-kapal dagang Makasar membeli rempah-rempah di Maluku
Permintaan tersebut ditolak Sultan, akhirnya perselisihan tidak bisa dihindarkan. Sebagai raja, Sultan Hasannudin dengan gagah berani melawan VOC. Ia mendapat julukan "Ayam Jantan dari Timur". Tahun 1667 VOC berhasil menghasut raja Bone Aru Palaka untuk melawan Makasar. Pertempuran hebat terjadi Juli 1667. Pasukan Makasar harus menghadapi persekutuan VOC dan Aru Palaka. Tahun 1667 bulan November Sultan Hasannudin terpaksa harus menandatangani perjanjian Bongaya. Isinya:
- Makasar harus mengakui monopoli VOC
- Wilayah Makasar diperkecil hingga tinggal Gowa
- Makasar harus membayar seluruh biaya perang
Selain Mataram dan di Banten, perlawanan terhadap Voc juga dilakukan oleh rakyat Banten. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC mulai berlangsung sejak VOC merebut Jayakarta (1629). Perlawanan ditingkatkan pada masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, sejak 1651. Melihat perkembangan Banten VOC tidak senang, maka VOC dengan bantuan putra raja (Sultan Haji) berhasil mengadu domba Akhirnya Sultan berserta Pangeran Purbaya terdesak dan melarikan diri. Tetapi Sultan dapat ditangkap tahun 1683, sedang Pangeran Purbaya menyingkir ke Periangan.
Perlawanan rakyat Banten dilanjutkan oleh Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC membawa akibat:
- Banten dikuasai VOC
- VOC berhak campur tangan penuh dalam pemerintahan
- Hak kuasa Banten atas Cirebon harus dilepaskan
- Biaya perang harus ditanggung Banten
Trunojoyo yang merupakan putra bupati Madura juga melakukan perlawanan terhadap VOC. Tahun 1674 ia mengankat senjata melakukan perlawanan karena Sultan Amangkurat I memerintah secara sewenang-wenang dan bekerjasama dengan VOC. Trunojoyo dibantu Karaeng Galesung, Monte Marano, Macan Wulung, dan lain-lain. Pengganti Angkurat I yaitu Amangkurat II meminta bantuan VOC. Di bawah pimpinan kapten Jonker, tahun 1679 Trunojoyo tertangkap dan dibunuh Amangkurat II.
Untung Suropati yang merupakan mantan serdadu VOC tidak tega melihat bangsanya diperlakukan sewenang-wenang oleh serdadu VOC. Ia mengangkat senjata. Perlawanannya berlangsung antara tahun 1658-1706. Ia bekerjasama dengan Sunan Amangkurat III(Sunan Mas)
0 Response to "Awal Kedatangan Bangsa Barat dan Awal terbentuknya VOC di Indonesia"
Posting Komentar