Resume Buku Sejarah Lokal
Maret 28, 2016
Add Comment
BAGIAN PERTAMA
SEJARAH LOKAL DAN BEBERAPA ASPEKNYA
Bagian pertama buku ini akan menguraikan ide-ide dasar dari sejarah lokal sebagai salah satu bidang studi sejarah. Hal ini sebagai usaha untuk memperluas wawasan calon guru sejarah dalam mengembangkan strategi belajar mengajarnya melalui pendekatan sejarah lokal.Dilihat dari sifat pendekatan obyeknya serta wujud pengembangan peristiwa, sejarah lokal juga bersifat “tidak seragam”. Dalam kenyataanya kita akan menemukan gambaran sejarah lokal yang bervariasi dari yang bersifat tradisional dan masih belom bersifat kritis sampai pada uraian yang kritis akademis.hal ini sangat tergantung pada tujuan serta latar belakang penulisnya Secara khusus studi sejarah lokal terikat pada dua aspektradisi kesejarahan yang tumbuh dan melekat dalkam kehidupan komunitas yaitu tradisi yang bersifat lisan dan tulisan.
Dalam penyusunan cerita sejarah lisan (oral history) yang bertumpu pada sumber-sumber lisan (informasi lisan). Sejarah lisan ini akan sangat terkait dengan studi sejarah lokal karena obyek sejarah lisan adalah peristiwa-peristiwa yang ada di suatu lingkungan terbatas.
Yang juga akan mendapatkan perhatian khusus dibagian ini ialah kenyataan bahwa disiplin sejarah sendiri sebenarnya sudah makin terdeferensiasi. para sejarawan kini cenderung makin memusatkan perhatiannya pada bidang-bidang yang sangat khusus yang melahirkan berbagai hasil kajian yang menarik seperti kajian sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah pedesaan atau sejarah agraria sejarah kota dan lain-lain.
Kelihatanya sejarah lokal mendapat keuntungan dari perhatian yang menimgkat terhadap subdisiplin-subdisiplin sejarah ini, karena perhatian sejarah lokal yang spesifik lokal makin ditunjang oleh metodologi yang dikembangakan dalam rangka kajian sejarah khusus tersebut. Hal-hal yang digambarkan secara garis besar diatas akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
Tradisi penulisan sejarah dengan tekanan pada daerah-daerah tertentu itu masih terus berlanjutsampai zaman sekarang. Tradisi sejarah seperti ini disebut sebagai karya sejarah “amatiran” oleh kalangan sejarawan profesional dan dianggap kurang bermutu dilihat kritis terhadap sumber-sumber sejarah kurang diperhatikan. Beberapa aspek positif yang disumbangkan oleh sejarah amatir,menurut Ong hok ham: - Pengawetan yang kuno didaerah dan dengan demikian dapat mempertinggi kesadaran sejarah
- Membantu usaha konservasi peninggalan-peninggalan sejarah atau sumber-sumber sejarah
Dengan demikian,baik dilihat secara akademis kesejarahan,maupun dari perspektif pendiudikan sejarah,sudah jelas peran penting studi sejarah lokal . apakah itu dilakukan secara profesional akademis ataupun secara amatir edukatif.berikut ini akan dijelaskan pengertian dan ruang lingkup dari sejarah lokal.
1.1 Batasan Pengertian serta Ruang Lingkup Sejarah Lokal
Secara sederhana sejarah lokal diartikan sebagai bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi lokalitas saja.keterbatasan yang dimaksud adalah dalam unsur spatial (unsur wilayah). Menurut Taufik Abdullah dalam bukunya sejarah lokal indonesia, istilah sejarah lokal berbeda dengan istilah sejarah daerah. Jika keduanya dianggap sama hal itu dapat menimbulkan “Etniskultural”. Pada dasarnya kedua istilah tersebut berasal dari disiplin ilmu yang berbeda,sejarah lokal berasal dari disiplin ilmu sejarah sedangkan sejarah daerah berasal dari disiplin ilmu antropologi. Di negara barat juga ada beberapa istilah untuk sejarah lokal. Di samping istilah yang umum seperti “local history” (sejarah lokal) dikenal pula istilah-istilah seperti “community history” bahkan belakang ini juga ada istilah “nearby hitory’. Menurut Jordan, ruang lingkup sejarah lokal adalah keseluruhan lingkungan sekitar yang bisa merupakan kesatuan wilayah seperti desa,kecamatan,kabupaten,kota kecil dan lain-lain kesatuan wilayah kesukuan itubewserta unsur–unsur institusi sosial dan budaya yang berada di suatu lingkungan itu seperti keluarga, pola pemukiman, mobilitas penduduk, teknologi, pertanian, lembaga-lembaga pemerintahan setempat, perkumpulan kesenian, monumen dan lain-lain.
Maka dari itu dapat disimpulkan sejarah lokal merupakan studi tentang kehidupan masyarakat atau komunitas suatu lingkungan sekitar(neigborhood) tertentu dalam dinamika perkembanganya dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
1.2 Arti Penting Kajian Sejarah Lokal
Membahas mengenai penelitian dan penulisan sejarah lokal dalam lingkungan suatu bangsa dapat diibaratkan sebagai bahan untuk mengetahui kesatuan yang lebih besar,tentu saja bagian yang yang lebih kecil itu pun harus dimengerti. Dengan demikian ,kepentingan mempelajari sejarah lokal:
- Untuk mengenal berbagai peristiwa sejarah diwilayah-wilayah di seluruh Indonesia dengan lebih baik dan lebih bermakna.
- Untuk mengadakan koreksi terhadap generalisasi-generalisasi yang sering dibuat dalam penulisan sejarah nasional. Sebagai contoh masalah generalisasi yamng menyangkut periodisasi sejarah hindhu di Indonesia. Ada daerah-daerah di Indonesia yang tidak sama sekali tersentuh oleh budaya hindhu, seperti daerah Sangir, Talaud, Sewu, dan Rote.
- Untuk memperluas pandangan tentang ddunia Indonesia,maksutnya untuk meningkatkan pengertian diantara etnis-etnis di Indonesia.
1.3 Penelitian dan Penulisan Sejarah Lokal
Pembicaraan mengenai penelitian dan penulisan sejarah ,apakah itu sejarah nasional ataupun sejarah lokal,tentu saja menyangkut prosedur kerja yang harus diikuti sejarawan atas dasar prisip-prisip dari metodologi ilmu sejarah. Usaha untuk menelusuri jejak-jejak sejarah dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:
- Heuristik ( pencarian sumber-sumber sejarah )
Heuristik berasal dari bahasa yunani “heuriskein” yang berarti “menemukan”. Jadi kegiatan ini ditunjukkan untuk menemukan serta mengumpulkan jejak-jejak dari peristiwa sejarah yang sebenarnya mencerminkan berbagai aspek aktifitas manusia diwaktu lampau. Salah satu klasifikasi sederhana yang dikenal di kalangan sejarawan adalah klasifikasi yang disengaja dan tidak disengaja. Contoh sumber yang tidak disengaja:artefak,surat perjanjian dagang,surat perkawianan dan lain sebagainya. Sedangkan contoh sumber yang disengaja :daftar silsilah keluarga, surat wasiat, prasati,
- Kritik sumber ( Verifikasi )
Dalam tahap ini memerlukan ktrampilan khusus karena menyangkut usaha untuk menyaring sumber-sumber yang telah di kumpulkan. Tahap ini harus dilakuakan sedekian rupa sehigga hanya sumber otentiklah yang akan dijadikan bahan dalam penulisan sejarah. Dari tahap kegiatan ini dapat dilihat sifat keilmiahan cara kerja seorang sejarawan pada umumnya, dan sejarawan lokal pada khususnya. Karena disini pula terletak kunci apakah sejarah yang disusun itu benar-benar hanya mengemukakan fakta. Disini pulalah biasanya terutama ditentukan apakah seorang sejarawan itu bekerja dengan professional atau amatiran.
- Interprestasi
Dalam tahap ini ada unsur untuk menyeleksi fakta-fakta agar bisa diwujudkan hubungan yang bermakna atau klop antara satu dengan yang lainnya yang nantinya akan menjadi dasar cerita sejarah secara keseluruhan. Dengan demikian, ini berarti ada fakta yang dibuang atau diabaikan karena tidak klop dengan gambaran cerita yang sedang disusun. Disinilah dimungkinkan timbulnya subjektivitas yang berlebihan dari seorang sejarawan. Untuk mencegahnya diperlukan siakap profesionalisme dari seorang sejarawan.
- Historiografi ( penulisan sumber sejarah)
Dalam penulisan sejarah memerlukan kemampuan khusus untuk menjaga standar mutu cerita sejarah. Misalnya prinsip serialisasi (cara membuat urutan peristiwa sejarah) dan prinsip-prinsip lainnya yang perlu diperhatikan. Demikianlah secara garis besar apa yang perlu diperhatikan oleh seorang sejarawan lokal dalam usahanya memenuhi dasar-dasar metodologis penelitian dan penulisan sejarah lokal. Hanya saja masih ada beberapa hal khusus yang penting diperhatikan, terutama yang menyangkut karakteristik penyusunan sejarah lokal di Indonesia.
BAB II
HUBUNGAN SEJARAH LOKAL DENGAN SEJARAH NASIONAL
Di dalam uraian terdahulu sudah diajukan beberapa pertanyaan mendasar tentang hubungan sejarah lokal dan sejarah nasional. Prtayaan tersebut misalnya apkah sejarah lokal bisa dianggap sebagai unit studi sejarah yang berdiri sendiri (otonom),disamping keberadaan studi-studi nasional? Apabila sejarah lokal bisa dianggap berdiri sendiri dalam hubungan sejarah nasional, apakah kedua studi sejarah itu tidak saling berhubungan?andaikata keduanya berhubungan,dimanakah batas-batas ruang lingkupnya? Dari pertayaan-pertayaan diatas akan dicoba dibahas pada bab ini.2.1 Dimensi Makro dan Mikro dalam Sejarah
Sejarawan perlu menentukkan pembatasan-pembatasan yang akan memungkinkan mereka membatasi ruang lingkup kegiatan. Pembatasan itu antara lain bertolak dari tingkat signifikasi dari peristiwa dalam konteks tertentu. Dengan dasar ini sejarawan bisa membedakan antara yang disebut kejadian biasa dan kejadian istimewa atau antara kejadian history dan kejadian non-history. Menurut Kartodirjo, unit sejarah merupakan suatu bagian dari pengetahuan sejarah yang merupakan suatu kategori serta bidang yang dapat dipahami. Unit itu juga merupakan suatu komplek problem-problem, tema-tema dan topik yang kesemuanya ditempatkan dalam pasangan waktu.
Yang penting dalam kategori peristiwa sejarah adalah kerangka yang mewujudkan kesatuan yang di dalamnya mengandung pola-pola dari fakta-fakta yang berada dalam satu kerangnka. Selain itu juga terkandung aspek kesatuan temporal. Dalam hubungan unit histiris itu antara lain menyangkut babakan waktu atau periodisasi yang didasarkan atas kriteria tertentu, umunya kriteria tersebut bersifat relatif (tergantung pada dimensi-dimensi historis yang dipegang oleh sejarawan). Kerelatifan ini terutama bersumber pada kriteria kontinuitas maupun diskontinuitas suatu perkembangan sejarah, dengan mana rentang waktu perkembangan itu hendak dimasukkan dalam urut-urutan perkembangan historis tertentu. kesatuan spatial (wilayah) dari peristiwanya. Aspek kesatuan spatial dari unit historis ini terutama berkaiatan dengan usaha membuat kategori-kategori batas lingkungan kompleks p[eristiwa sejarah, yang bervariasi dari unit dari skup yang sangat luas sampai ke unit-unit yang sangat terbatas. Yang menjadi masalah disini adalah kriteria yang digunakan untuk membuat batasan itu. Ada yang menggunakan kriteria aspek-aspek kehidupan manusia seperti aspek polik, ekonomi,serta aspek sosial budaya. Akan tetapi perlu dasadari sifat dinamis dari kategori itu, terutama aspek administratif politis.
Variasi lingkup sejarah diakibatkan dari unit-unit historis yang terwujud dari berbagai kategori. Dimensi makro merupakan lingkup historis yang bersifat meluas, sedangkan lingkup historis yang bersifat sempit disebut dimensi mikro.
2.2 Kedudukan Sejarah Lokal dalam Sejarah Nasional
Sejarah lokal menjadi semakin kurang terlokalisasikan, sejarah lokal bersifaat melebar horisonnya semakin mengembang menuju ke arah perbandingan-perbandingan yang meluas, demikian pula dasar-dasar acuannya (menurut Jordan). Hubungan erat antara dimensi makro dengan dimensi mikro dapat dilihat dalam studi sejarah. Pernyaataan ini didukung Sartono Kartodirdjo yang menyatakan sejarah yang bersifat lokal sebenarnya hanya bisa dimengerti dengan baik apabila dihubungkan dengan dimensi sejarah nasional.
Pada intinya adanya keterkaitan antara peristiwa-peristiwa dalam konteks nasional dan konteks lokal. Namun tidak dipungkiri bahwa sejarah nasional dan sejarah lokal memiliki kategori unit historis sendiri-sendiri. Keterkaitan antara sejarah lokal dan sejarah nasional tentu saja bukan harus diartikan bahwa sejarah nasional itu sendiri adalah semata-mata gabungan dari sejarah di tingkat lokal. Masing-masing lokalitas memiliki realitas kesejarahannya sendiri yang hanya bisa dimengertidalam rangka lokalitas itu.
Secara lebih umum barang kali hal ini bisa dirumuskan bahwa dalam sejarah nasional tekanan terutama diberikan pada gambaran yang lebih luas dan menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa dengan tidak terlalu memperhatikan detail-detail peristiwa lokal (kecuali yang memang diperlukan untuk mendukung gambaran dalam rangka sejarah nasional). Sedangkan sejarah lokal yang mendapat perhatian utama justru peristiwa-peristiwa dilingkungan sekitar suatu lokalitas sebagai kebulatan dan menempatkan sejarah nasional sebagai latar belakang dari peristiwa-peristiwa khusus di lokalitas terserbut.
BAB III
TIPE-TIPE SEJARAH LOKAL
Dalam menggambarkan kesejarahan yang bersifat lokal perlu ditentukan tipe-tipe atau corak dari sejarah lokal yang dihasilkannya manusia purba. Untuk mewujudkan tipologi sejarah lokal tentu saja dibutuhkan kriteria yang kita gunakan sebagai dasar pengelompokannya, misalnya tujuan penulisan, latar belakang pendidikan penyusunnya, sifat-sifat pendidikan metodologi yang digunakan, dan berbagai aspek-aspek kehidupan yang dijadikan sasaran utama studi sejarah lokal. Kegunaan kita membuat sistem klasifikasi dari tipe-tipe sejarah lokal adalah mengetahui peran yang sama antar berbagai kelompok yang akan memberi warna lukisan tersendiri dari sejarah lokal dan akan memberikan pengertian batas-batas wilayah yang ingin dijangkau.Di Indonesia terdapat paling sedikit 5 jenis penulisan sejarah lokal, yaitu :
- Sejarah lokal tradisional
- Sejarah lokal Diletantis
- Sejarah lokal Edukatif-Inspiratif
- Sejarah lokal kolonial
- Sejarah lokal krisis analisis
Sejarah lokal tradisional adalah hasil penyusunan sejarah dari berbagai kelompok etnik yang tersebar di seluruh Indonesia yang sudah bersifat tertulis. Sejarah ini bisa disebut tipe sejarah lokal yang pertama muncul di Indonesia. Sejarah lokal tradisional diawali dengan munculnya kesatuan-kesatuan politik dari berbagai kelompok etnik. Kemudian masing-masing kelompok etnik tersebut membuat kisah tentang peristiwa yang pernah dialaminya. Cerita ini awalnya berupa uraian lisan, namun setelah ditemukannya tulisan, cerita itu dirubah dalam uraian tulisan, walaupun tidak semuanya. Beberapa contoh sejarah ini dalam istilah tradisional di Indonesia : Babad, hikayat, tambo, lontara dsb.
Tujuan penulisan sejarah lokal pada masa itu :
- untuk mengabadikan pengalaman-pengalaman kelompok masyarakat
- membuat uraian sesuai dengan alam pikiran masyarakat tradisional
3.2 Sejarah Lokal Dilentatis
Sejarah lokal dilentatis adalah penyusunan sejarah yang bertujuan untuk memenuhi rasa estetis individual. Hal ini berbeda dengan sejarah lokal tradisional yang memiliki tujuan untuk memenuhi kepentingan kelompoknya. Maka dari itu isi dari sejarah lokal dilentatis umumnya bersifat memenuhi tuntutan keingintahuan pribadi. Sejarah lokal dilentatis ini biasanya ditulis oleh orang-orang yang terdidik, hal itu dikarenakan golongan terdidik yang mempunyai pandangan yang lebih luas dan mampu membaca sumber-sumber sejarah. Namun pada umumnya tidak mendapatkan pendidikan khusus kesejarahan, sehingga banyak karyanya yang bersifat “naratif kronologis”. Dengan sedikit banyak bumbu emosional. Di negara barat, mereka biasanya mengoirganisir diri menjadi organisasi –organisasi pecinta sejarah lokal, baik ditingkat desa atau distrik lengkap perpustakaannya bahkan juga umumnyadengan tempat koleksi (museum) yang menyimpan berbagai benda-benda bernilai sejarah dari lingkungan disekitarnya. Namun, di negara Indonesia para sejarawan bergerak secara pribadi. Juga tidak dapat dipungkiri bahwa peranan mereka cukup penting bagi sejarah lokal, terutama karena mereka umumnya menggunakan sumber-sumber tangan pertama yang ada di sekitar daerahnya.
Manfaat penulisan sejarah lokal delintatis diantaranya:
- membantu sejerawan profesional untuk membuat analisa-analisa kritis lebih lanjut.
- menumbuhkan kesadaran sejarah, yang dijadikan motivasi dalam rangka mengembangkan masyarakat.
- Menumbuhkan rasa kesadaran sejarah dilingkungan masyarakat.
Sejarah lokal edukatif inpiratif merupakan jenis sejarah lokal yang disusun dalam rangka mengembangkan kecintaan sejarah dari lingkungan, yang akan meluas ke nasional. Kata edukatif inpiratif memiliki arti semangat,diharapkan bisa dikembangkan melalui sejarah.
Pihak-pihak yang berkepintingan dengan sejarah lokal semacam ini adalah lembaga-lembaga pendidikan,antara lain badan-badan pemerintah daerah.Sedangkan pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk menulis sejarah lokal ini adalah kelompok sejarawan yang non-profesional,diantaranya guru khususnya guru sejarah, anggota masyarakat setempat dan tidak jarang sejarawan profesional. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa gurupguru yang terlibat dalam penyusunan sejarah ini akan menjadi sejarawan profesional,apabila ia melengkapi diri lebih banyak dengan teori-teori sejarah dan ketrampilan penelitian sejarah lokal.
3.4 Sejarah Lokal Kolonial
Sejarah lokal kolonial adalah kategori sejarah lokal yang sebagian besar penyusunya adalah pemerintah kolonial dan isinya berupa laporan dari pejabat kolonial di daerah-daerah. pejabat kolonial yang menyusun sejarah tipe ini antara lain Residen,asisten residen,kontrolir atau pejabat-pejabat pribumi atas suruhan pejabat kolonial. Karena sifatnya sebagai laporan yang dapat berupa memori serah terima jabatan,maka sebagian besar tersimpan sebagai arsip pemerintah kolonial dan sebagian dimuat dan dipublikasikan khusus zaman itu. Isi dan sifat dari penulisan sejarah ini antara lain:
- Ada usaha untuk mengemukakan data dengan cermat
- Ada unsur subjektif atas dasar kepentinga kolonial
- Dilengkapi angka-angka statistik yang cukup cermat
3.5 Sejarah Lokal Krisis Analisis
Sejarah lokal kritis analisis merupakan kategori sejarah lokal yang menggunakan pendekatan metodologis yang bersifat ketat dalam membahas masalah yang umunya dilaksanakan sejarah profesional. Mulai dari pemilihan objek studi, langkah-langkah atau prosedur kerja sampai kepenulisan laporan. Pada umumnya didasarkan pada konsep-konsep metodologs yang mantap. Selain itu hal yang mudah dikenali dari sejarah ini adalah pelaksanaan penelitiannya umumnya ditangani oleh sejarawan profesional. Di lihat dari fokus serta pendekatan metodologis yang digunakan dalam studi sejarah lokal kritis analisis ini, maka Taufik Abdullah membagi fokus dan pendekatan metodologis menjadi empat corak penulisan :
Studi yang difokuskan pada peristiwa tertentu (studi peristiwa khusus)
Contoh:
- Pemberontakan petani daerah cilegon(Banten)
- Peristiwa revolusi di daerah Bandung
Contoh:
- Suatu kota kecil di Jawa Timur
- Masa pemerintaha sultan Hamengkubuwono l
Contoh:
- Studi “Ong hok ham” tentang daerah Madiun
- Pendidikan di Sumatra Barat
- Sejarah sosial kota Gede Yogya
- Perkembangan kota Jakarta
Contoh:
- Karya T. Luckman, Sinar tentang daerah serdang
- Karya M. D. Mansur tentang daerah minangkabauDemikianlah telah dikemukakan beberapa tipe sejarah yang berkembang.
BAB IV
SEJARAH LOKAL DAN TRADISI LISAN
Melaksanakan kegiatan studi sejarah lokal di berbagai daerah di indonesia agak berbeda dengan melaksanakan hal yang sama dengan di negara-negara barat. Sumber-sumber di negara barat relatif lebih lengkap dibandingkan dengan sumber sejarah yang ada di Indonesia. Ada sumber-sumber yang digunakan misal sumber-sumber tertulis dan sumber-sumber yang bersifat tradisi lisan. Pada bab ini akan dibahas mengenai peranan cerita sejarah dalam kehidupan suatu masyarakat atau suatu komunitas dan tradisi lisan serta berbagai karakteristiknya.4.1 Cerita Sejarah sebagai Bagian Kehidupan Suatu Masyarakat
Tradisi penyusunan sejarah tidak bisa di lepaskan dari budaya suatu masyarakat, tradisi ini sebenarnya tumbuh sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia beserta kebudayaanya. Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu,baik lingkungan alam,sosial.Dalam menghadapi lingkunganya mausia secera naruliah ingin menjelaskan realitas lingkungan itu.usaha untuk menjelaskan realitas lingkungan tentu saja sesuai dengan situasi alam pikiran masyarakat pada zaman itu. Cara menjelakan realitas seperti ini disebut mite atau legenda atau dongeng.isinya biasanya mencangkup:
- Magic religius
- Fakta-fakta terselimuti hal-hal kegaibpan
- Pengalaman masa lampau terabaikan, yang disebabkan tradisi lisan yang berfungsi mnemonik
- Isi ceritanya umunya makin lama makin dibumbui dengan subjektivitas
- Memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat tradisional
4.2 Tradisi Lisan dan Beberapa Aspeknya
Tradisi lisan (Oral tradition) yaitu merupakan usaha mengabadikan pengalaman-pengalaman kelompok di masa lampau melalui cerita yang diterukan secara turun –temurun dari generasi ke generasi. Unsur yang penting dalam tradisi lisan adalah pesan-pesan verbal yang berupa pernyataan-pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup sebelum generasi sekarang ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tradisi lisan antara lain:
- Pesan-pesan yang berupa pernyataan-pernyataan lisan yang diucapkan
- Tradisi lisan berasal dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya
Menurt Vanesa(vanesa 1985:13-17), unsur yang penting dalam tradisi lisan adalah pesan-pesan verbal yang berupa peryataan-pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi ke generasi berikutnya. Ia juga membagi tradisi ini menjadi beberapa jenis:
1. Petuah-Petuah
Ciri-ciri:
- Sukar dibuktikan kebenaranya
- Kata-katanya sebagian titak diubah
- Disampaikan berulang-ulang
- Berupa rumusan tertentu yang memiliki arti khusus bagi kelompok tertentu
Ciri-ciri:
- Isinya berupa kejadian-kejadian di kehidupan kelompok
- Terjadi pencampurn antara kepercayaan dan fakta
- Penyampaian fakta seperti penyampaian gosip
- Kisah-kisah penting sering diulang-ulang
Ciri-ciri
- Isinya mengambarkan tindakan kepahlawanan
- Terpusat pada tokoh-tokoh tertentu
- Sebagian ada yang dapat ditelusuri unsur sejarahnya
- Ada yang suidah terselimuti unsur – unsur kepercayaan
Ciri-ciri:
- Bersifat fiksi belaka
- Fungsinya untuk menghibur
- Terdapat unsur-unsur petuah
Sebagai bagian dari folklor,maka trdisi lisan memiliki ciri-ciri seperti folklor diantaranya:
- Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan
- Dalam persebarannya memiliki sifat tradisional atau relatif tetap dari satu generasi ke generasi berikutnya
- Terjadi banyak versi, yang diakibatkan dari subyektifitas penuturnya
- Bersifat anonim
- Adanya kata-kata klise, sebagai penbuka cerita, perumpamaan dan menyatakan pernyataan yang berlebihan
- Mempunyai fungsi kolektivitas
- Pralogis yang artinya memiliki logika tersendiri dengan logika pada umumnya
- Merupakan milik bersama artinya tidak dimiliki oleh satu individu atau kelompok tertentu saja
- Adanya sifat logu yang diakibatkan dari proyeksi emosi manusia yang paling jujur
Menghubungkan tradisi lisan dengan sejarah, khusunya sejarah lokal, berarti mencoba melihat peranannya sebagai sumber sumber sejarah untuk mewujudkan fakta-fakta dalam reangka penyusunan sejarah lokal tersebut. Ada beberapa kelemahan penggunaan tradisi lisan sebagai sumber sejarah:
- Sifat anakronisme
Yaitu tidak diperhatikannya urut-urutan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa secara benar. Hal ini tidak mengherankan karena mereka mempunyai konsep waktu yang berbeda dengan konsep waktu yang modern.
- Unsur subyektivitas yang begitu besar
Seperti yang kita ketahui tradisi lisan mengandung pesan-pesan lisan yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Semakin banyak generasi yang dilaluinya semakin banyak unsur subyektifitas.
- Penerapan konsep kausalitas dalam uraian ceritanya
Hubungan kausalitas hanya ditarik pada suatu garis hubungan yang bersumber pada suatu sebab tunggal yang menghasilkan berbagai akibat dalam bentuk gejala alam atau gejala sosial.
- Memberi informasi yang sangat luas tentang kehidupan komunitas dengan berbagai aspeknya
- Memberi informasi dari dalam (internal information)
Apabila kita ingin mengetahui suatu masyarakat atau suatu komunitas dengan cara bagaimana masyarakat itu sendiri memandang segala persoalan yang mereka hadapi, maka tradisi lisan sangat membantu dalam pendekatan semacam ini. - Mengontruksikan masa lampau
Cerita-cerita sejarah yang ada pada tradisi lisan mengandung cerita-cerita yang pernah berkembang dalam masyarakat luas sebelumnya.
James Danandjaja, mengelompokkan cerita prosa lisan menjadi 3 kelompok:
1. Mite (mithe)
Mite merupakan cerita prosa rakyat yang oleh pendukungnya dianggap benar-benar terjadi dan sebagian besar tokoh-tokoh dalam cerita ini adalah dewa atau setengah dewa yang dijadikan kepercayaan di lingkungan masyarakat.
2. Legenda (legend)
Legenda merupakan cerita prosa rakyat yang hampir sama dengan mite, namun tokoh-tokoh dalam cerita ini adalah manusia biasa.
3. Dongeng
Dongeng sangat berbeda dengan legenda dan mite, karena ceritanya tidak pernah terjadi dan tidak terikat pada tempat dan waktu. Pada dasarnya tradisi lisan, utamanya dikategorikan sebagai legenda, bisa dimanfaatkan untuk menunjang usaha penyusunan sejarah lokal. Apalagi memang sering terjadi bahwa sunber sejarah yang ada hanya berupa tradisi sejarah lisan. Pemanfaatan tradisi lisan dalam penyusuna sejarah lokal telah sering dilaksanakan oleh ahli folklor.
BAB V
SEJARAH LOKAL DAN HISTORIOGRAFI TRADISIONAL
Seperti halnya tradisi sejarah lisan,maka tradisi sejarah tertulis juga merupakan sumber utama dari banyak studi sejarah lokaldi Indonesia. Tradisi sejarah tertulis umumnya didapat dalam wujud karya sastra dan ditulis dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia. Karena wujudnya sebagai karya sastra maka hal ini menjadi perhatian dari ahli sastra maupun ahli sejarah. Berhubungan dengan isinya yang mengandung unsur sejarah maka hal ini diklasifikasikan sebagai historiografi yang bersifat tradisional,dengan cirinya yang khas jika dibandingkan dengan sejarah modern.Di bawah ini akan dibahas karakteristik dari historiografi tradisional sebagai sumber sejarah dan juga perananya dalam penyusunan sejarah.
5.1 Beberapa Karakteristik Historiografi Tradisional
Sebagai suatu bagian dari perbendaraan budaya suatu masyarakat atau komunitas, maka tradisi kesejarahan itu, baik lisan maupun tulisan dengan sendirinya tidak bisa lepas dari ciri-ciri budaya masyarakat pendukungnya. Demikian juga historiografi tradisional kita yang memiliki ciri yang sangat menonjol dibandingkan sumber sejarah modern. Sumber sejarah tradisional cenderung mengabaikan unsur-unsur fakta, karena terlalu dipengaruhi oleh sistem kepercayaan. Berbeda dengan sumber sejarah modern yang mengandung gambaran peristiwa yang faktual.
Masyarakat tradisional Indonesia memiliki cara-cara khusus dalam memandang peristiwa-peristiwa khusus di lingkungannya. Hal itu sejalan dengan konsep C.C Berg yang mengemukakan bahwa:
- Adanya kepercayaan terhadap kekuatan sakti, yang menjadi pangkal dari berbagai peristiwa alam termasuk yang menyangkut kehidupan manusia.
- Kepercayaan akan klasifikasi magis yang mempengaruhi segala sesuatu yang ada di alam ini.
- Kepercayaan tentang perbuatan-perbuatan magis atau sihir yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tertentu. Tokoh raja atau penguasa menjadi pusat perhatian gambaran historiografi tradisional.
5.2 Peran Historiografi Tradisional dalam Penyusunan Sejarah Lokal
Pada hakekatnya permasalahan mengenai seberapa jauh karya tulis tradisional mengandung unsur sejarah sudah lama menjadi perdebatan dikalangan pihak-pihak yang mengadakan studi tentang naskah semacam ini, baik dari kalangan sastra, ahli naskah kuno dan dari ahli sejarawan sendiri. Sering terjadi permasalahan mengenai karya tulis tradisonal yang mengandung unsur sejarah. Menurut M.C. Ricklefs sumber permasalahan ini diakibatkan:
- Anggapan dasar bahwa berbicara sejarah haruslah kita berbicara fakta
- Terbatasnya pengetahuan ahli-ahli sejarah tentang bahasa dan sastra Asia
- Kekurangan pemahaman terhadap sumber-sumber sejarah barat dan metode kritik yang digunakan sejarawan
Naskah babad juga mempunyai nilai sejarah, hanya saja diingatkan bahwa pihak-pihak yang mau menggunakan sebagai sumber sejarah harus memiliki pengetahuan serta keterampilan yang memadai dalam memetik isinya, karena ini menyangkut pengetahuan tentang latar belakang budaya serta bahasa yang digunakan.
BAB VI
SEJARAH LOKAL DAN BEBERAPA SUBDISIPLIN SEJARAH
Penulisan sejarah indonesia yang semula bermula dari apa yang disebut historiografi tradisional dan cirinya yang khusus kini telah cukup berkembang ,baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sehingga menumbuhkan beberapa subdisiplin sejarah,Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh dari subdisiplin sejarah berikut akan dipaparkan mengenai hal itu: 6.1 Sejarah Sosial dan Sejarah Lokal
Abdullah berpendapat bahwa ada lima aspek yang menjadi cangkupan dalam sejarah lokal:
Aspek lingkungan alamiah dari masyarakat yang diteliti
- Aspek mengatur/menyusun yang berkaitan dengan masalah sosial
- Aspek cara berfungsi struktur
- Aspek sosial dan cara mengatasinya
- Aspek adabtasi kultural
6.2 Sejarah Pedesaan dan Sejarah Lokal
Sejarah pedesaan merupakan bagian dari sejarah sosial yang pada hakikatnya aspeknya mencangkup kehidupan masyarakat secara keseluruhan . Berbicara mengenai permasalahan lingkungan desa sebenarnya berbicara dengan berbagai kehidupan aspek masyarakat. Dalam hal ini kontowiyo menyampaikan lima hal yang menjadi permasalahan dalam masyarakat desa:
- Lingkungan ekologis dan unsur sarana prasarana
- Masalah satuan sosial ( seperti :keluaraga,suku,agama dll )
- Masalah organisasi sosial ( seperti: lembaga ekonomi,lembaga pendidikan,lembaga keuangan dll)
- Masalah hubungan sosial dilingkungan masyarakat yang menyangkut stratifikasi
- Masalah psikis kultural
6.3 Sejarah Kota dan Sejarah Lokal
Para sejarawan mengalami kesulitan memberi rumusan yang lebih tentang apa sejarah kota itu, hal ini dikarenakan bertemunya sejarah kota dengan subdisiplin sejarah lainya. Sejarah kota merpakan sejarah yang mengarahkan pada studi tentang perkembangan kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan suatu kota tertentu dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat kota. Faktor –faktor pemicu munculnya suatu kota: faktor jaringan manusia, perkembangan pendidikan, urbanisasi, perdagangan dan lain-lain. Kecenderungan lingkup kejadian sejarah kota yang mengarah pada lingkup spatial temporal (ruang dan waktu) menyebabkan sejarah kota berkaitan dengan sejarah lokal.
6.4 Sejarah Ekonomi dan Sejarah Lokal
Pada dasarnya sejarah ekonomi mempelajari masalah perkembangan ekonomi yang mencangkup pertumbuhan,kemajuan,atau kemunduran kehidupan ekonomi suatu masyarakat. Ciri khusus yang dimiliki sejarah ekonomi cebderung mengkuantifikasi dalam melihat perkembangan masyarakat . kian weie membagi sejarah ekonomi menjadi dua yaitu:
- Sejarah ekonomi murni: sejarah ekonomi yang kurang memperhatikan implikasi hasil studi di masa kini
- Sejarah ekonomi terapan : sejarah ekonomi yang berusaha mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi dimasa lampau untuk dijadikan pedoman masa kini bahkan untuk memprekdisikan masa yang akan datang.
BAB VII
ILMU SEJARAH DAN PENGAJARAN SEJARAH
Berbicara mengenai sejarah berarti berbicara tentang rangkaian perkembangan peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia di waktu yang lampaudalam berbagai aspeknya. Sementara itu apabila kita berbicara mengenai pengajaran sejarah, itu tidak lain berarti membawa rangkaian perkembangan peristiwa kehidupan manusia itu ke dalam kelas untuk diinformasikan serta disimak oleh murid-murid. Pertanyaan yang mendasar akan di bahas dalam bab VII ini sebagai dasar bagi usaha untuk mengembangkan perspektif baru dalam pengajaran sejarah, khususnya yang mengacu pada kajian sejarah lokal.7.1 Sifat-sifat Studi Sejarah
Seperti yang telah dikemukakan diata, apabila kita berbicara soal sejarah, mestinya kita berfikir tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Selain itu juga setiap studi utamnya studi sejarah lokal memiliki sifat-sifat tersendiri diantaranya:
- Peristiwa bersifat Istimewa(signifikan)
- Penyampaian dalam hal abtraktif
- Pandangan secara praktis dan histroris
- Bersifat unik ( khusus ) dan kejadian massal
Berbicara mengenai sejarah oarang sering bertanya mengapa perlu mengajarkan sejarah di lingkungan pendidikan. Hal tersebut sering diutarakan oleh orang-orang yang kurang memahami betul apa sejarah itu sebenarnya. Ada banyak sekali alasan mengapa kita perlu mengajarkan sejarah di sekolah:
- Dasar terbinaya identitas nasional. Hal ini menjadi salah satu modal utama dalam membangun bangsa dalam masa kini maupan masa yang akan datang.
- Mengabdikan pengalaman pada masyarakat diwaktu yang lampau. Mewujudkan cita-cita nasional. Sejarah akan dijadikan sumber kekuatan bagi berfungsinya sarana tersebut yang lebih efektif.
- Proses pendidikan tidak bisa berjalan tanpa adanya sejarah. Hal ini dikarenakan sejarah memberikan bahan-bahan bagi pengembangan daya manusia yang menjadi inti dari pendidikan tersebut.
Apabila sudah disadari hubungan erat antara sejarah dan pendidikan, memang belum ada jaminan bahwa makna dasar dari sejarah telah bisa diwujudkan untuk menunjang proses pendidikan itu. Dengan demikian kesadaran sejarah bisa dikatakan sebagai kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatanpada makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan datang, menjadidasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan.
7.3 Masalah Pembaharuan Pengajaran Sejarah
Banyak sekali sorotan yang ditunjukkan terhadap pengajaran sejarah di sekolah,baik dari masyarakat umum ataupun pihak-pihak pendidikan. Praktek pengajaran sejarah yang berlaku selama ini sering di cap sebagai pelajaran hafalan. Tuntutan seperti diatas mungkin bisa dihilangkan dengan sistem pendekatan ”Cara Belajar Siswa Aktif” (CBSA), yang menekankan ketrampilan proses dalam kegiatan murid. Pendekatan ini berusaha mengembangkan suasana belajar dimana partisipasi aktif dari murid yang sangat ditekankan. Selain itu, dapat juga dilakukan pembaharuan dalam pengajaran sejarah diantaranya:
a) Prinsip motivasi (pembangkitan daya dalam pribadi murid)
b) Prinsip latar atau konteks (menggunakan pengalaman dan pengetahuan dari murid yang sebelumnya pernah didapatkan )
c) Prisip keterarahan pada titik pusat (merumuskan masalah dipecahkan oleh murid)
d) Prisip hubungan sosial atau sosialisasi (menekankan kerjasama antar teman sebaya)
e) guru harus memahami karakter setiap muridnya, supaya muridnya tidak tertekan)
f) Prinsip menemukan (pendorong murid untuk menemukan informasi secara mandiri)
g) Prinsip memecahkan masalah (kepekaan murid terhadap setiap masalah yang ada)
7.4 pendekatan Baru dalam Pengajaran Sejarah
Dalam usaha mencari alternatif perbaikan pengajaran sejarah , dengan sendirinya perlu dijaga agar kita jangan sampai jauh pada ektrim yang lain, yang bisa mengorbankan sasaran pembaharuan itu sendiri. Usaha mengaktifkan murid melalui suasana belajar yang lebih kondusif dan menjadikan siswa lebih aktif kreatif menemukan konsep-konsep dasar dari peristiwa masa lampau.
BAB VIII
SEJARAH LOKAL SEBAGAI PERSPEKTIF DALAM PENGAJARAN SEJARAH
Pada bab VIII ini akan dibahas kelebihan dan kelemahan pengajaran sejarah lokal, pengintegrasian dalam kurikulum, dasar-dasar pengorganisasian dan model pelaksanaan kegiatan pengajaran sejarah lokal.8.1 Pengajaran Sejarah Lokal
Sebelum kita melangkah lebih jauh, kiranya perlu ditegaskan disini apa yang dimaksud dengan pengajaran sejarah lokal dan pengkajian sejarah lokal.
- Pengajaran sejarah lokal: bagian dari proses belajar dari lingkungan pendididkan formal, yang mempunyai sasaran utama pada keberhasilan proses itu sendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Pengkajian sejarah lokal: Kegiatan dalam rangka pencapaian pengetahuan tentang peristiwa sejarah yang dijadikan sasaran studi, dalam hal ini pengetahuan sejarah dalam lokalitas tertentu.
8.1.1 Kelebihan dan kelemahan pengajaran sejarah lokal
Berbicara mengenai kelebihan sejarah lokal,hendaknya diartikan sebagai usaha untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang bisa mengurangi kelemahan-kelemahan yang bisa dijumpai dalam pengajaran sejarah. Berikut ini adalah kelebihan yang dimiliki sejarah lokal:
- Mempunyai kemampuan untuk membawa murid pada situasi riil di lingkunganya
- Mempermudah siswa pada usaha untuk memproyeksikan pengalaman masa lampau masyarakat dengan situasi masa kini
- Murid dapat menjadikan pedoman dari contoh dan pengalaman masa lampau
- Pengajaran sejarah lokal sangat mendukung bagi usaha pengembangan kurikulum muatan lokal di sekolah
Disamping kelebihan yang dipaparkan diatas,juga terdapat kelemahan yang dimiliki oleh sejarah lokal,diantaranya:
- Diperlukan suatu persiapan khusus, sebelum pengajaran sejarah lokal dimulai
- Adanya pemaduan tuntutan pengajaran sejarah lokal dengan tuntutan penyelesaian target materi
- Adanya tuntutan pengorganisasian bagi murid dalam pelaksanaan pengajaran sejarah lokal
Meskipun ada kelemahan dan kelebihan dari pengajaran sejarah lokal. Dari hal tersebut kiranya perlu dicari jalan keluar diantaranya: sifat inovatif deduktif serta profesionalisme dari guru sejarah.
8.1.2 Pengintegrasian sejarah lokal dalam kurikulum
Douch mengemukakan bahwa tedapat tiga bentug pengintegrasian sejarah lokal dalam rangka kurikulum sekarang.
1. Mengambil contoh-contoh dari kejadian lokal
Guru sejarah diharapkan dapat mengambil contoh-contoh dari kejadian lokal untuk memberi illustrasi yang lebih hidup dari uraian sejarah nasional maupun dunia.
2. Kegiatan pembelajaran lingkungan
Disini sudah ada usaha untuk memberi porsi yang lebih nyata dari kegiatan belajar murid dengan aktivitas kesejarahan diluar kela. Kegiatan ini diharapkan mampu mengamati langsung sumber-sumber sejarah dan mengumpulkan data sejarah.
3. Studi khusus dan mendalam
Studi khusus dan mendalam pada aspek-aspek sejarah dilingkungan murid, biasanya diorganisir dan dilaksanakan dengan cara seperti studi sejarah profesional.
8.1.3 Pengorganisasian kegiatan pengajaran sejarah
Tujuan dari pengorganisasian ini adalah:
- kegiatan lebih terarah pada sasaran yang dituju
- penggunaan waktu lebih efisien dan terencana
- semua aspek kegiatan lebih terorganisasi
- guru akan lebih mudah memantau perkembangan kegiatan
Pada dasarnya terdapat tiga aspek pengorganisasian proses belajar sejarah lokal,yaitu:
- Perencanaan dan persiapan kegiatan
- Persiapan kegiatan
- Follow up ( Kegiatan tindak lanjut )
Suatu hal yang tidak bisa dilupakan dalam pengajaran sejarah lokal adalah adalah sumber-sumber sejarah yang digunakan dalam proses pembelajaran.sumber-sumber sejarah memiliki kelemahan diantaranya:
• Sumber sejarah lokal yang berupa tradisi tertulis jumlahnya sedikit
Hal ini berbeda dengan keadaan di ngara-negara bara,sumber-sumber sejarah yang berupa sumber tertulis banyak jumlahnya dan tersimpan baik di musium-musium atau balai arsip. Sedangkan di Indonesia
• Keterbatasan jumlah musium
Di Indonesia jumlah musium sangatlah terbatas,selain itu juga hanya terdapat dibeberapa tempat di kota/daerah terrtentu saja. Hal ini berbanding terbalik dengan di daerah negara-negara Barat, selain perpustakaan disana setiap kota kecil terdapat perhimpunan pecinta sejarah lokal yang biasanya memiliki perpustakaan khusus yang menyimpan sumber-sumber sejarah .
8.2 Beberapa Contoh Pengajaran Sejarah Lokal
Prisip- prinsip yang mendasari pengembangan contoh-contoh pengajaran sejarah lokal adalah:
- Kegiatan pengajaran sejarah lokal bersifat komplementer terhadap pengajaran kelas
- Sejarah lokal sebagai suatu kegiatan belajar selalu mengambil waktu yang banyak, maka dari itu sekarang dilaksanakan sekali saja
- Peran dan kreativitas murid sangatlah diperlukan, meskipun juga harus membantu untuk membatasi timbulnya kelemahan dari metode pengajaran ini
- Sasaran kegiatan perlu ditegaskan, untuk menpermudah pemantauan dari kegiatan yang sedang berjalan
- Perencanaan dan sikap disiplin perlu ditegakkan
8.2.1 Menyusun Sejarah Keluarga
Permasalahan yang dapat diajukan dalam menyusun sejarah keluarga antara lain:
- Genealogi keluarga
- Stuktur keluarga
- Ekonomi keluarga
Berkaitan dengan berbagai pola aspek kehidupan dan kita ingin mengamati perkembangan pola-pola menetap di masing-masing lingkungan ,maka yang dapat dijadikan permasalahan antara lain:
- Ciri-ciri fisik suatu lingkungan
- Hubungan penduduk dean lingkungan sekitar
Sangatlah berkaitan dengan penglompokan penduduk di suatu lingkungan tertentu adalah permasalahan yang menyangkut dinamika kehidupan penduduk.aspek yang menarik dari kehidupan penduduk itu terletak pada”masalah mobilitas dan sensus penduduk”yang sangat berkaitan dengan tingkat kemakmuran penduduk disuatu daerah tertentu.
8.2.4 Mengamati monumen sejarah setempat
Untuk mengamati suatu monumen aspek yang perlu ditelusuri ialah “ latar belakang masalah dari suatu monumen”. Permasalahan yang dapat di ajukan antara lain:
- Dimanakah tempat monumen yang diamati serta bagaimana kondisin lingkungannya?
- Bagaimana kondisi monumen sekarang?
Perkembangan atau permasalahan yang dialami suatu masyarakat bisa diamati melalui pranata sosial. karena kebanyakan pranata sosial dimasyarakat bertujuan lebih intensif dalam memilih salah satu diantara berbagai macam pranata sosial . Tujuan dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi hal-hal seperti bagaimana wujud lembaga itu secara tradisional dan fakto apa saja yang berpengaruh dalam menimbulkan perubahan unsur pranata sosial. Contohnya: sistem Gotong royong
8.2.6 Mengamati perkembangan kehidupan ekonomi masyarakat
Dalam usaha memahami masalah kesenjangan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, maka hal penting bagi murid untuk mengetahui kehidupan ekonomi masyarakat. Seperti halnya, mengamati perubahan sosial, maka perkembangan kehidupan ekonomi masyarakat juga bisa ditelusuri melalui pranata-pranata ekonomi yang ada dalam masyarakat. Salah satunya yang umum terdapat di lingkungan murid, baik di desa maupun di kota, sebagai contoh pasar yang merupakan tempat pertemuaan antara penghasil dan pemakai barang-barang yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari dasar ini kita bisa melihat apa saja yang dihasilkan ,dikonsumsi dalam masyarakat. Dari situ kita bisa melihat cermin kehidupan dari masyarakat tersebut.
8.2.7 Mengamati masuknya teknologi baru ke desa
Sudah umum diketahui bahwa belakang ini banyak hasil teknologi modern yang masuk kelingkungan desa dari mulai alat-alat pertanian hingga berbagai macam alat telekomunikasi yang modern. Semua ini membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat di desa serta lingkungan sekitar. Untuk itu murid akan tertarik untuk mengamati perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya sebagai akibat dari masuknya teknologi modern. Dalam hubungan ini kiranya perhatian murid bisa atau dapat dipusatkan pada salah satu dari aspek-aspek berikut, misalnya: masuknya teknologi baru ke desa, penggunaan bibit unggul atau struktur pemerintahan desa dulu dan kini.
8.2.8 Mengamati Pemerintahan Desa Dahulu dan Sekarang
untuk melengkapi hal-hal yang menarik dari lingkungan sekitar se3kolah atau tempat tinggal murid, mereka perlu diajak mengamati masalah yang sangat penting dalam kehidupan penduduk desa sehari-hari, yaitu tentang pemerintahan desa terutama dilihat dari perspektif sejarah. Untuk itu menarik dibuat perbandingan antara apa yang disaksikan oleh murid sekarang dengan apa yang mungkin dilihat oleh para kakek dan nenek murid pada zaman lampau. Dalam membimbing murid, seorang guru sejarah harus memperhatikan aspek teoristik serta metodologis yang bersifat elementer dari subdisiplin sejarah, seperti: sejarah sosial, sejarah politik, sejarah ekonomi dan lain sebagainya.
BAB IX
PENUTUP
Ada beberapa hal pokok yang menjadi dasar timbulnya keraguan-keraguan akan pelajaran sejarah di Sekolah antara lain:- Abad teknologi medern sekarang ini yang sangat menekankan pada unsur produktifitas maupun keuntungan baik berupa keuntungan ekonomi ataupun tujuan-tujuan material.
- Banyak orang yang mempertanyakan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari belajar sejarah,karena sebagian masyarakat menganggap sejarah hanyalah perenungan tentang masa lampau.
- Dalam pengajaran sejarah memerlukan tingkatan kemampuan intelektual yang matang,untuk menyerap konsep sejarah yang abstrak.
- Sejarah menuntut kemampuan untuk mengartikan serta menilai bukti-bukti sejarah sehingga perlu kemampuan teknis yang tinggi.
- Sejarah sulit dipahami oleh anak-anak ,karena sejarah sebenarnya menaruh perhatian pada aktivitas-aktivitas orang dewasa yang hidup pada zaman yang berbeda dengan zaman anak-anak yang belajar sejarah.
9.1 Kesimpulan
Buku ini disusun dalam rangka melengkapi materi perkuliahan sejarah. Utamanya bagi jurusan/program sejarah yang bertujuan untuk menanamkan pengetahuan dan ketrampilan yang akan menunjang kemampuan mahasiswa dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar sejarah. Selain itu titik berat pada penuliasan buku ini adalah untuk melengkapi materi perkuliahan sejarah lokal di jurusan/prgram studi sejarah. Maka pembahasan utama dalam buku ini memang mengenai sejarah lokal dengan berbagai aspeknya. Hal ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan serta ketrampilan yang memadai bagi calon guru sejarah. Dengan bekal pengetahuan serta ketrampilan itu, maka mereka (guru sejarah) diharapkan mampu mengembangkan pengajaran sejarah yang kalau dimungkinkan , memperhatikan aspek-aspek sejarah lokal.
9.2 Beberapa pemikiran reflektif
Atas dasar jalan pikiran yang telah dikembangkan dalam buku ini yang kesimpulannya telah dikemukakan dalam (pasal 9.1), maka disini dikemukakan beberap saran bagi usaha pembaharuan pengajaran sejarah pada khususnya, serta bagi pengembangan bagi studi sejarah pada umumnya.
Berikut ini adalah contoh pembaharuannya:
9.2.1 Memberikan bekal yang lebih mantap bagi calon guru sejarah karena konsep-konsep yang terkandung dalam sejarah bersifat abstrak dan tidak mudah dihayati,maka dari itu guru sejarah dituntut profesional
9.2.2 Usaha untuk mengembangkan alternatif-alternatif baru dalam pengajaran sejarah
9.2.3 Usaha untuk meningkatkan kualitas pengajaran sejarah disekolah-sekolah merupakan tanggungjawab bersama. Dengan menyadari hal itu maka pengajaran sejarah lebih profesional.
0 Response to "Resume Buku Sejarah Lokal"
Posting Komentar