-->

Sejarah Lisan

Pengertian Sejarah Lisan
Sejarah lisan (Oral History) menurut asosiasi sejarah lisan adalah sebuah metode pengumpulan dan penyimpanan informasi kesejarahan tremasuk di dalamnya catatan wawancara dari orang atau saksi peristiwa tentang masa lalu dan pandangan hidupnya. Cakupannya meliputi kumpulan atau koleksi sistematik dari kesaksian-kesaksian tentang testimoni kehidupan seseorang mengenai pengalaman-pengalaman pribadinya.

Beberapa pengertian Sejarah Lisan menurut para ahli, diantaranya:
  1. Sartono Kartodirdjo (1991) merumuskan sejarah lisan sebagai cerita-cerita tentang pengalaman kolektif yang disamapaikan secara kolektif. 
  2. Cullom Davis, et,.al. (1977) mengartikan sejarah lisan sebagai a branch of historical research. 
  3. Adaby Darban (1988) mengartikan sejarah lisan sebagai sumber sejarah yang terdapat di kalangan manusia yang mengikuti kejadian atau menjadi saksi atas suatu kejadian masa lampau, diuraikan dengan lisan. 
  4. B. Lapian (1981) mengatakan bahwa di Amerika Serikat sejarah lisan dipahami sebagai rekaman pita (tape recording) daripada wawancara tentang peristiwa atau hal-hal yang dialami oleh pengkisah (interviewee) atau lebih tepat lagi rekaman pada pita kaset tentang pengalaman-pengalaman yang masih diingat oleh pengkisah. 
  5. Gazali Usman (1983) memberikan definisi sejarah lisan sebagai rekaman pita dari wawancara tentang peristiwa yang dialami oleh pengkisah. Dengan demikian, isi pita rekaman berupa wawancara antara pewawancara (interviuwer) dengan pengkisah. Jadi, dengan banyaknya pengertian sejarah lisan tersebut, maka tampaklah keseragaman dalam melihat muatan utama sejarah lisan, yakni memori atau ingatan manusia. Dengan demikian, tanpa adanya ingatan manusia tidak mungkin ada sejarah lisan. Sebaliknya, tidak mungkin ada sejarah lisan tanpa ada ingatan manusia. Sehingga jelas bahwa sejarah lisan pada dasarnya merupakan rekonstruksi visual atas berbagai peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi yang terdapat di dalam memori setiap individu manusia.
Baca Juga : Metodologi Sejarah Lisan


Latar Belakang, Ciri-ciri dan Kajian Sejarah Lisan
Latar belakang munculnya Sejarah Lisan di Indonesia adalah :
  • Adanya penulisan sejarah indonesia yang masih bersifat “Eropa Sentris” – “Belanda Sentris” (Seminar Nasional 1957) 
  • Keinginan untuk menulis sejarah Indonesia secara ilmiah (Seminar Nasional II 1970 di Yogyakarta)

Ciri-ciri Sejarah lisan adalah :
  1. Tidak diperoleh dengan sendirinya, tetapi dicari dengan sengaja melalui teknik wawancara. 
  2. Telah dimulai pada abad ke 5 SM dengan menggunakan saksi mata dan bertanya secara silang. 
  3. Sejarah lisan sebagai metode dan teknik yang digunakan penulis sejarah zaman romawi sampai modern. 
  4. Penyebarannya melalui mulut 
  5. Lahir dari masyarakat yang bercorak desa atau masyarakat yang belum mengenal huruf 
  6. Tidak mementingkan fakta dan lebih menekankan pada khayalan 
  7. Bercorak puitis, teratur dan berulang-ulang 
  8. Tidak diketahui siapa pengarangnya 
  9. Menggambarkan ciri-ciri budaya suatu masyarakat

Muncul kajian Sejarah Lisan :
Sejarah Lisan oleh Allan Nevis, Coloumbia University (1948)
Pengertian Tradisi Lisan
Cara masyarakat mewariskan masa lalu :
Tradisi Lisan adalah cerita rakyat yang diungkapkan melalui lisan dan dikembangkan secara beruntun juga melalui lisan. Tradisi Lisan dapat memberi penjelasan mengenai fenomena sejarah. Dalam Tradisi Lisan, hanya terbatas di dalam kebudayaan lisan dari masyarakat yang belum mengenal tulisan. Tradisi lisan mengandung kejadian nilai-nilai moral, keagamaan, adat-istiadat, cerita khayal, peribahasa, mantra dan nyanyian. Tradisi lisan dipahami sebagai kesaksian lisan yang dituturkan secara verbal dari satu generasi ke generasi berikutnya. Artinya bukan hanya kesaksian lisan yang benar-benar terjadi pada peristiwa sejarah, akan tetapi bisa jadi hanyalah tentang tradisi-tradisi yang berkembang di tengah masyarakat.

Tradisi lisan demikian dalam batas-batas tertentu dapat diidentikan dengan folklor, khususnya folklor lisan (verbal folklor) dan folklor sebagian lisan (partly verbal folklor). Menurut James Danandjaja (1997), folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk tulisan maupun alat pembantu pengingat (mnemonic device). Tradisi lisan dapat juga menggunakan simbol-simbol yang unik

Tradisi lisan diwariskan secara turun temurun, dan tidak hanya sebagai pengisi waktu tapi juga sebagai penyalur sikap dan pandangan, refleksi angan-angan kelompok. Juga sebagai wasiat bagi generasi selanjutnya dijadikan sebagai pedoman hidup.

Ciri-ciri, Jenis dan Fungsi Tradisi Lisan
Tradisi lisan identik dengan faktor:
a) Pengisi waktu luang.
b) Penyalur sikap dan pandangan.
c) Refleksi angan-angan kelompok.
d) Sebagai wasiat bagi generasi selanjutnya
e) Bekal hidup karena dari alamnya terdapat aturan-aturan sosial sebagai pedoman hidup.
f) Tradisi lisan banyak terdapat di masyarakat lokal.
g) Aspek-aspek yang terkandung dalam tradisi lisan; aspek sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, peribahasa, nyanyian dan mantra.

Ciri-ciri tradisi lisan adalah :
a) Si pelisan tidak terikat oleh peristiwa
b) Si pelisan bukan saksi atau paesrta dalam peristiwa sejarah c) Si pelisan tidak bertanggungjawab atas pernyataan yang diceritakannya.
d) Pesan-pesan disampaikan secara lisan (ucapan, nyanyian maupun musik).
e) Tradisi lisan berasal dari generasi sebelumnya

Ciri-ciri tradisi Lisan yang lebih khusus adalah :
a) Memorized Speech
b) Accounts (cerita)

Cerita tentang suatu peritiwa yang diceritakan kembali ke generasi berikutnya. Inti persoalan tidak berubah tetapi plot dan sekuen episodenya dapat mengalami perubahan. Contohnya :
  • Historical gossip yaitu cerita mengenai cikal bakal tempat-tempat yang dianggap mistis (misalnya pohon tua dan kuburan tua) 
  • Peronal Tradition yaitu cerita yang cenderung ditransmisikan dalam bentuk fashion of jokes (anekdot) 
  • Group accounts dianggap tipikal dari oral tradition 
  • Cumulative accounts (genealogis)

Menurut Bascon fungsi tradisi lisan adalah:
a) Sebagai sistem proyeksi, yaitu sebagai pencerminan angan-angan suatu masyarakat yang kolektif
b) Sebagai alat pengesahan pranta-pranta dan lembaga-lembaga kebudayaan
c) Sebagai alat pendidik anak
d) Sebagai alat pemaksa/pengawas agar norma-norma sosial dapat dipatuhi

Jenis-Jenis tradisi lisan :
a) Misal petuah, kisah perorangan, kisah kelompok, cerita kepahlawanan, dan dongeng.
b) Petuah mempunyai makna tertentu yang disampaikan secara berulang-ulang biasanya berisi nasehat-nasehat
c) Kisah perorangan atau kelompok yaitu mengenai kisah kejadian disekitar kehidupan kelompok. Biasanya ada unsur magis religius sebagai mana mereka percaya.
d) Cerita kepahlawanan: biasanya berpusat pada tokoh-tokoh tertentu.
e) Dongeng: tidak mempunyai fakta yang nyata dan tidak hanya menghibur tapi ada juga petuah, biasanya disampaikan dalam keluarga yang belum bisa baca tulis.

Contoh nyata tradisi lisan yang turun-temurun dalam masyrakat mislanya:
Sedekah bumi, yang dilakukan setelah panen. Sebagai bentuk syukur kepada Tuhan YME karena telah memberikan hasil panen yang melimpah. Sedekah panen dilakukan dengan cara membawa hasil panen (makanan dan minuman) ke ladang atau sawah lalu berdoa bersama.

Cabang, Aspek dan Fungsi Sejarah Lisan
Menurut Paul Thompson sejarah lisan memiliki beberapa cabang yaitu :
a) Penelitian Individu - Metode - Internal user
b) The Oral Project (Institusi: universitas, corporation, assosiation dll) - metode - public
c) Oral Archives (Broadcasting materials, Educational cassets dll) metode - public

Aspek dan fungsi sejarah lisan yaitu :
a) Sebagai metode, artinya :
  • Sifat sumber sejarah yang fragmentasi dan mudah diintervensi 
  • pembaharuan teori, metodologi dan teknik penelitian. 
  • Apa yang disebut dengan “kenangan pribadi” adalah sumber lisan yang otentik bagi sejarah lisan. 
  • Kenangan pribadi berkaitan dengan memori yang mengalaminya.

Konsep Memori
Memori adalah konsep psikologi yang berarti pengetahuan yang tersimpan dalam pikiran orang. Memori terkait dengan cara kerja otak, memori ini penting karena membentuk pengetahuan dasar untuk belajar. Dengan memori maka seseorang dapat mempresentasikan pengalaman, pengetahuan tentang masa lalunya. Jenis memori :
1) Declarative Memory mengacu pada pengetahuan fakta-fakta tentang dunia. Memori ini dapat diklasifikasikan dalam :
a. Memori episodik (otobiografis) yaitu ingatan seseorang tentang tindakan dan pengalaman pribadi masa lalu. Terkait dengan penulisan sejarah, pikiran orang tang secara eksplisit mengacu pada peritiwa-peristiwa masa lalu dan pengalaman-pengalaman apakah nyata atau imajinasi.
b. Memori semantik yaitu pengetahuan abstrak seperti kamus fikiran yang tak terikat dengan peristiwa khusus.
2) Procedural Memory atau memory kolektif adalah rangkaian memori-memori individu yang kemudian menjadi ingatan masyarakat. Bedanya dnegan memori individual adalah jika memori kolektif dapat menjangkau zaman yang lebih tua dibandingkan dengan sejarah lisan dan hasil sejarah lisan itu sendiri bisa menjadi memori kolektif.

Bagaimana masa lalu diingat menjadi sejarah ? Dan bagaimana pula sejarah menjadi masa lampau yang diingat ? Jawabannya adalah karena masa lalu memiliki sifat unik (sekali terjadi) serta dapat memebentuk pengetahuan dasar untuk belajar melangkah ke masa depan dan kemudian dituliskan. Kemudian bagimana sejarah menjadi masa lampau yang diingat, Karena dengan sejarah kita bisa dapat mempresentasikan tentang masa lalunya.


Tahapan Masa Lalu menjadi Sejarah :
Tahapan Sejarah : Masa lalu yang diingat
Historiografi - (Representasi Masa Lalu) - Pewarisan - (Penulisan, Penceritaan, Pembelajaran) - Dialog masa kini dengan masa lalu - Memori

Penelitian sejarah dengan metode Sejarah Lisan : Sejarah lisan sebagai alat (instrumen) penggali atau pengumpul data dan fakta sejarah untuk tujuan rekonstruksi sejarah (Historiografi).
Perencanaan Penelitian Sejarah Lisan
Masalah yang luas dan benyaknya aspek yang perlu ditekan, maka penelitian haruslah direncanakan dengan baik :
a) Merumuskan masalah
1. Apa masalah yang anda teliti?
2. Mengapa anda menelitinya?

b) Identifikasi calon pengkisah
Dapat dibagi atas 3 kelas yang akan dapat melengkapi dan memberi keterangan. Ketiga kelas tersebut adalah :
1. Yang langsung mengalami, baik sebagai tokoh utama atau pun pengikut.
2. Yang menerima ceritanya langsung dari tangan pertama.
3. Yang terkena akibatnya

c) Mempersiapkan daftar pertnyaan sebagai pembimbing dalam wawancara.
Langkah yang diambil dalam hal ini adalah perlu adanya sumber-sumber yang mendukung yaitu :
a) Sumber Berita dari Pelaku Sejarah. Pada pelaku merupakan unsur utama atau berperan dalam suatu peristiwa, karena mereka mengetahui dengan pasti apa yang terjadi.
b) Sumber dari Saksi Sejarah
Saksi adalah seseorang yang pernah melihat atau menyaksikan terjadinya suatu peristiwa, tetapi bukan sebagai pelaksana atau ikut serta ambil bagian dari dalam peristiwa tersebut.
c) Tempat Peristiwa Sejarah
Didalam penelitian sejarah, masalah tempat terjadinya suatu peristiwa merupakan masalah yang sangat penting. Apabila peristiwa terjadi dalam beberapa dekade terdahulu, barangkali dapat diketahui dengan jelas.
d) Latar Belakang Munculnya Peristiwa Sejarah
Hal ini merupakan unsur terpenting dalam suatu peristiwa sejarah dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. Latar belakang mendorong terjadinya suatu peristiwa bukan hal yang muncul secara tiba-tiba, melainkan telah mengalami suatu proses hingga munculnya peristiwa yang dimaksud.

Prinsip-prinsip Penelitian Sejarah Lisan
Penggunaaan sejarah lisan di Indonesia, sudah lama dilakukan. Hal ini dapat dilihat dalam historiografi tradisional. Ciri adanya penggunaan sejarah lisan yaitu adanya kalimat seperti “Kata Sahibul Hikayat”, atau “Menurut yang empunya cerita”, dan sebagainya. Kalimat tersebut mengandung arti bahwa penulis historiografi tradisional mengumpulkan sumber-sumber melalui sumber lisan.

Sejarah lisan menjadi suatu metode mengalami perkembangan. Sumber lisan yang dikumpulkan, tidak hanya dari orang-orang besar saja atau para tokoh, tetapi orang-orang kecil pun mereka wawancarai bahkan orang-orang yang buta huruf. Orang-orang ini sangat sulit mewariskan sumber-sumber tertulis. Hal terpenting dari sejarah lisan adalah untuk mencari informasi-informasi yang luput atau lolos dari sumber tertulis.

Perkembangan teknologi sangat menunjang terhadap perkembangan sejarah lisan yaitu dengan tape recorder, semakin memudahkan untuk menyimpan data atau sumber lisan. Ada beberapa hal atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian sejarah lisan, yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan wawancara
Perencanaan yang baik akan menghasilkan pengumpulan sumber lisan yang sangat baik. Perencanaan wawancara harus benar-benar diperhatikan oleh orang-orang yang akan melaksanakan wawancara lisan yaitu :
a) perencanaan adalah menetapkan orang yang akan kita wawancarai dengan mempelajari latar belakang dari orang tersebut.
b) Selain itu seorang pewancara harus menguasai materi yang akan ditanyakan. Untuk menguasai materi yang akan ditanyakan, sebaiknya pewancara terlebih dahulu membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan materi pembicaraan.
c) menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan kita tanyakan.
d) menyiapkan alat perekam atau tape recorder.

2. Pelaksanaan Wawancara
pewancara mampu menciptakan situasi yang kondusif. Hal yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah mendapatkan kisah pengalaman dari orang yang sedang diwawancarai. Pewancara berbicara hanya sebatas mengarahkan pertanyaan yang diajukan kepada informan.

3. Orang yang diwawancarai
Orang yang kita wawancarai seharusnya orang yang langsung menyaksikan peristiwa yang kita teliti. Hal ini perlu dilakukan agar informasi yang diberikan lebih akurat.

4. Materi Wawancara
Dengan menetapkan tema apa yang menjadi penelitian. Tema penelitian menjadi pegangan utama dalam menetapkan materi yang akan ditanyakan kepada informan. Materi harus disesuaikan dengan informan, artinya informan adalah orang yang mengetahui materi yang akan kita tanyakan.

Metode Sejarah Lisan
Metode sejarah lisan adalah suatu metode pengumpulan data atau bahan guna penulisan sejarah yang dilakukan sejarawan melalui wawancara terhadap para pelaku sejarah yang ingin diteliti. Teknik pengumpulan data dengan wawancara terbagi menjadi tiga macam:
a) Poll Type Interview
Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan jawaban yang etalah ditentukan, narasumber tinggal memilih jawaban yang ada.
b) Open Type Interview
Wawancara dilakuakn dengan cara pertanyaan ditentukan terlebih dahulu, sedangkan narasumber dapat menjawab bebas.
c) Nonstructured Interview
Wawancara dilakukan dengan cara pertanyaan ataupun jawaban tidak ditentukan sebelumnya.

Pendekatan Hermeneutika
Hermeneutika adalah seni dan ilmu menafsirkan atau mencari makna atas data yang diperoleh. Pendekatan Hermeneutika dibagai dua yaitu :
a) Klasik
Yaitu dalam menafsirkan makna yang kemudian makna tersebut dikembalikan terhadap maksud teks atau pengarangnya. Klasik dipakai untuk menfasirkan ayat-ayat suci dan sabda rasul.
b) Kontemporer
Yaitu ketika menafsirkan makna adalah si pembaca yang didasarkan atas konteks tradisi, sejarah arah, intologo dan kepentingan.

0 Response to "Sejarah Lisan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel